Mohon tunggu...
Abiwodo SE MM
Abiwodo SE MM Mohon Tunggu... Bankir - Professional Bankers, Student at UI

Bankers yang selalu fokus terhadap "goal-oriented with an eye for detail, a passion for designing and improving creative processes also expertise in corporate relations" Saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di UI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Demi Citra Baik, Bank Wajib Jaga Reputasi

27 Februari 2023   07:53 Diperbarui: 27 Februari 2023   11:04 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bank (Sumber: shutterstock)

Masih terngiang di telinga kita, anak seorang pejabat tiba-tiba trending dan menjadi perbincangan hangat. 

Miris! Ya kata itu yang paling tepat saat ini menggambarkan betapa vitalnya sebuah reputasi. Nenek moyang kita pun sudah lama menanamkan nilai-nilai moral dari idiom Jawa “anak polah bapak kepradah” sebuah penggambaran bahwa pertaruhan tingkah laku anak membawa getah bagi orang tuanya.

Alih-alih orang tua turut menanggung akibatnya, kasusnya tidak hanya terkait penganiayaan, tapi juga erat kaitannya dengan polah si anak yang suka pamer harta dan bergaya hidup hedon. Integritas orang tuanya dipertanyakan! Alhasil, risiko reputasi sebuah institusi besar kini juga menjadi taruhannya.

Tak berbeda dengan sebuah organisasi di tempat lain, sektor perbankan pun dapat terkena pengaruh buruk jika dibiarkan. Risiko reputasi bagi perbankan menjadi nyata, karena kepercayaan para pemangku kepentingan dapat jatuh.

freepik.com
freepik.com

Sadar akan hal itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan agar perbankan dapat memaknai dampak buruknya. 

Menurut Peraturan OJK No.18/POJK.03/2016, bank diwajibkan menjaga adanya risiko reputasi yang dapat muncul sewaktu-waktu. Seperti citra media dan/atau adanya rumor negatif tentang bank termasuk strategi komunikasi bank yang kurang efektif.

Ini biasa terjadi karena adanya pengaduan dari nasabah. Selain itu, bisa juga karena ada peristiwa yang memicu tersebarnya pemberitaan negatif tentang perbankan. Kejadian fraud di internal bank pun dapat mengungkit masalah negatif di masyarakat.

Bisa jadi, sebuah reputasi bagaikan bom waktu bagi perbankan. Kenapa begitu? Reputasi ini bersinggungan dengan nama baik. Apabila reputasinya rusak, jelas menghancurkan nama baik. Kalo sudah begini, peningkatan kebutuhan praktek good governance yang baik menjadi sebuah keniscayaan. Termasuk upaya dalam fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan hingga pengendalian risiko sebuah bank wajib diterapkan.

Ketika telah muncul risiko reputasi, pastikan untuk segera mengatasinya. Jangan sampai hal tersebut semakin merusak nama baik dan citra perbankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun