Dua tahun lalu, berdebar jantungku mendengar ceritamu. Tak banyak yang keluar dari mulutku. Setelah perjuangan dan pengorbanan yang kalian lakukan, semoga hanya maut yang dapat memisahkan.
Setahun tak bertemu, bergetar hatiku mendengar kabarmu. Lidahku kelu. Bukan doaku yang keliru, tapi ujian belum habis untukmu. Orang yang kau perjuangkan, pergi meninggalkan kalian tanpa sedikitpun pesan.
Dua minggu yang lalu, mengembang senyumku saat kembali bertemu denganmu. Masih seperti yang dulu, tak banyak perubahan padamu, termasuk semangat belajarmu. Tapi senyum di bibirku kembali hilang terhapus jawabmu atas pertanyaanku. "Apakah sejak pergi, kalian masih berkomunikasi?"
Dua malam yang lalu, menggenang air mataku saat membaca pesanmu. Suatu saat, anak-anakmu akan bangga memiliki ayah sepertimu.
Saudaraku, dengan alasan berbeda aku pernah berada di situasi dan kondisi yang sama. Tak kupungkiri, dibalik ketegaranku pernah air mata melintas di pipi. Tapi itu hanya sekedar pembasah dan pembasuh kering serta luka di hati. Setelah keringnya, kembali kutemukan alasan dan kekuatanku untuk berlari, berlari dan berlari lagi, mengejar mimpi-mimpi.
Saudaraku, Tuhan memilihmu, meletakkan amanah itu di pundakmu, tentu karena kau mampu. Kau pasti kuat, karena kau hebat.
Saudaraku, doaku untukmu, juga untuk ketiga nafas kehidupanmu.
Tuhan, berikan kekuatan padanya sebagaimana Engkau berikan pada mereka-mereka yang berjuang demi keluarga tercinta. Berikan pula kelembutan yang mendamaikan di hatinya, sebagaimana kau berikan pada jiwa-jiwa yang tulus berkasih sayang pada keluarga tercinta. Amiin..