Sepanjang jalan menuju Masjid untuk menjalankan ibadah Shalat Jumat, penulis menyaksikan beberapa warung bertirai namun terlihat banyak kaki. Ini tanda mereka sedang menikmati makanan di siang hari di bulan Ramadhan. Mayoritas adalah lelaki, bukankah tidak ada halangan seperti wanita yang kena menstruasi. Tapi jarang ditemui seorang wanita makan di warung atau terbuka makan di ruang terbuka.
Tahun kemarin, viral sebuah kalimat," HORMATI ORANG YANG TIDAK BERPUASA !!!". Tentu saja menimbulkan efek komentar dari netizen. Gak salah tuuh, koq yang puasa malah suruh hormati yang tidak puasa. Seharusnya kebalikannya, HORMATI ORANG YANG BERPUASA !!!., tidak mengumbar makanan di ruang terbuka dan menggoda orang yang sedang berpuasa.
" Laah...baru begitu saja, masa gak kuat menahan iman," seloroh beberapa orang seketika ada yang komentar agar yang tidak puasa bisa menghargai yang sedang berpuasa. Sebetulnya apakah dunia sudah terbalik ? Orang yang berpuasa harus bisa menahan rasa lapar dan dahaga sekaligus harus bisa menghormati orang yang tidak berpuasa. Saat ini, apalagi di kota-kota dan mulai merambah di Desa-desa, dengan bangga seorang laki-laki muslim merokok di jalan dengan suka hatinya tanpa malu, sekali lagi tanpa punya malu sama sekali.
Masa Kecil, saat berpuasa makan dijalan saja malu
" Nak...kalau kamu tidak berpuasa, jangan makan di jalan, kasihan orang yang sedang berpuasa," ujar nenek saat penulis masih berusia 7 tahun. Saat itu, penulis berpuasa bedugan, pagi puasa sampai jam 12, makan berbuka lalu dilanjut lagi puasa sampai adzan maghrib. Itu saja, sudah mendapat nasehat agar menghormati orang puasa. Penanaman akhlak orang tua kepada anaknya, lah koq tahun kemarin ada instansi yang mengatakan agar menghormati orang yang tidak berpuasa.
Fenomena ini memang penulis alami juga saat bekerja membantu berjualan mie ayam di Cililitan Jakarta Timur. Hari pertama sudah niat untuk berpuasa, namun melihat makanan beredar di jalanan, suasana seperti biasa seolah bukan bulan Ramadhan. Tidak ada yang malu untuk makan di jalan, tanpa penutup tirai, bebas minum di sepanjang jalan. Akhirnya tergoda lah iman penulis, untuk tidak berpuasa, meski akhirnya setelah 7 hari berhenti dari pekerjaan dan pulang ke kampung. Namun, merasakan bahwa orang puasa akhirnya harus mengikuti ritme yang tidak puasa dan lambat laun meninggalkan puasanya.
Bagaimana dengan warung yang ditutup tirai ?
Husnudhon saja, barangkali yang makan di warung tersebut adalah musafir yang perjalanan jauh sehingga dia tidak kuat berpuasa atau seorang yang terhalang penyakit seandainya ia berpuasa maka semakin parah puasanya dan perkiraan lainnya. Meski begitu, ada beberapa yang tidak ada pnghalang untuk tidak berpuasa, namun dengan sengaja tidak menjalankan ibadah Puasa. Orang seperti ini semestinya malu kepada Sang pencipta, Allah Subhanahu Wa ta'ala.
Ketika seseorang sudah tertanam didalamnya IHSAN, IHSAN adalah salah satu paket dari ISLAM, IMAN dan IHSAN. Ketika malaikat menyamar menjadi seorang laki-lako berpergian jauh bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam," Apa yang kamu Ketahui tentang IHSAN ?, Rasulullah langsung menjawab ,"Â An ta'budallaha kaannaka tarooh, faillam takun taroh fainnahu yarooka yang artinya 'Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu." (H.R. Muslim 102).