Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ajakan Alm Mantan Pejabat Negeri Tengah-Tengah untuk Mencintai Bahasa Daerah

20 Juni 2019   00:12 Diperbarui: 20 Juni 2019   00:21 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Bahasa Daerah(bahasa tanah), bahasa kampung yang kampungan, norak dan ketinggalan zaman. Katanya."

"Lagi dimana sekarang? lagi otw (on the way) nih". Itu adalah sebuah jawaban dikalangan pemuda-pemudi zaman sekarang yang wajib sesuai zaman serta kekinian. Katanya sih, menurut anak-anak gaol zaman sekarang biar kebarat-baratan.

Coba bandingkan dengan jawaban berikut ini " ada bikin apa ni?" "ada perbaiki kadera (kursi) nih, apuaaaa? kadera? hahahahahaha, pasti jawaban dengan menggunakan bahasa daerah dianggap sebagai sesuatu yang kampungan, ketinggalan jaman, lucu dan aneh.

Inilah yang kadang membingungkan, apa ada yang salah dengan bahasa daerah? apa ada yang aneh dengan kata-kata dari bahasa daerah? kan tidak ada.

Apakah mengucapkan kalimat menggunakan bahasa asing berarti kita hebat? atau karena bahasa asing sulit dipelajari sehingga kalau bisa menggunakannya berarti luar biasa? tidak juga.

Karena menguasai bahasa daerah juga perlu belajar dan tingkat kerumitannya sama dengan belajar bahasa asing, terus dimana salahnya?

Tulisan ini tidak bertujuan untuk mencipatakan duel antara bahasa asing vs bahasa daerah, tetapi mengingatkan kembali dan mencoba mengangkat kembali kebanggaan kita terhadap budaya, adat istiadat, bahasa daerah yang telah kita miliki karena semua itu merupakan jati diri kita.

Sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang bangga dengan jatidirinya bukan bangga menjadi bangsa lain," Kata Om Prem.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan bahasa asing maupun bahasa daerah, sebenarnya yang salah adalah cara pandang masyarakat saat ini. Sah-sah saja apabila kita bisa menguasai bahasa asing, mempelajari budaya asing, atau mengetahui secara mendetail  tentang sebuah bangsa beserta isinya. wajar-wajar saja karena memang diharuskan seperti itu, dan ini merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.

Namun faktanya, masyarakat modern atau apapun sebutannya, memiliki kecenderungan  berpikir bahwa akan terlihat keren apabila budaya asing dan semua yang berbau impor harus dijadikan sebagai gaya hidup. Alasanya, biar lebih hebat dan kekinian.

Begitupun sebaliknya, tercipta persepsi bahwa budaya, adat istiadat, kebiasaan, produk leluhur kita didaerah-daerah tidak bisa dijadikan gaya hidup karena ketinggalan jaman, kuno, norak dan kampungan. katanya sih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun