Mohon tunggu...
Abi Hasantoso
Abi Hasantoso Mohon Tunggu... Akuntan - Jurnalis

Lahir di Jakarta pada 26 Februari 1967. Berkecimpung di dunia jurnalistik sebagai wartawan Majalah HAI pada 1988 - 1994. Selama bekerja di majalah remaja itu ia sempat meliput konser musik New Kids On The Block di Selandia Baru dan Australia serta Toto dan Kriss Kross di Jepang. Juga menjadi wartawan Indonesia pertama yang meliput NBA All Star Game di Minnesota, AS. Menjadi copywriter di tiga perusahaan periklanan dan menerbitkan buku Namaku Joshua, biografi penyanyi cilik Joshua Suherman, pada 1999. Kini, sembari tetap menulis lepas dan coba jadi blogger juga, Abi bekerja di sebuah perusahaan komunikasi pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"No More Moonlight Over Jakarta" Perjalanan Ananda Sukarlan Membela Ahok

10 Januari 2018   00:01 Diperbarui: 16 Januari 2018   09:23 14523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komposisi "No More Moonlight Over Jakarta" karya Ananda Sukarlan ini akan dimainkan untuk pertama kalinya oleh pianis ternama Amerika Serikat berdarah Yahudi, Yael Weiss, pada Festival Musik Klasik di Korea Selatan, pekan pertama April 2018.

Untuk meramu dan menciptakan komposisi "No More Moonlight Over Jakarta" ini Ananda secara khusus mengurung diri berhari-hari di kamarnya sendirian. Ia padukan elemen-elemen sonata Beethoven dengan gending Jawa, gamelan Bali, tangga nada musik Cina, yang ia ramu dan racik dengan musik pop elektrik ala Pet Shop Boys seperti pada lagu "To Face the Truth" yang kontemplatif.

Komposisi "No More Moonlight Over Jakarta" penuh distorsi. Distorsi lagu ia mulai dari awal. Saat lagu masuk ke tengah ia masukan sedikit sonata "Moonlight"-nya Beethoven. Setelah itu komposisi benar-benar distorsi hingga lagu berakhir. Durasinya sekitar tujuh menit.

"Komposisi 'No More Moonlight Over Jakarta' seperti puzzle. Dimulai dengan kepingan-kepingan yang berserakan, lalu berhasil dipersatukan, dan pada akhirnya ada yang membantingnya hingga hancur berantakan."

Komposisi "No More Moonlight Over Jakarta" itu, menurut Ananda, menggambarkan simbol Ibukota Jakarta hasil kerja Ahok yang sudah berhasil baik, dia rapikan dari yang sebelumnya berantakan, sudah hampir jadi bentuknya tapi dihancurkan kembali hingga pecah berantakan oleh penggantinya.

Saat menjelaskan kedua bola mata Ananda berkaca-kaca meski air matanya tak jatuh. Bahkan ia sempat melepas kacamatanya untuk mengucek matanya, menahan tangis. Suaranya juga seperti orang sesak nafas dan tertahan. Ia tampak geram. "Ahok pemimpin baik yang didzalimi karena ia tak mau kompromi. Ia mencintai warga Jakarta yang mengamanatkan pembangunan padanya."

Ananda berharap seluruh dunia mendengar jeratan hatinya tentang Ahok melalui "No More Moonlight Over Jakarta". "Musik klasik mempunyai kekuatan tersendiri untuk mengubah dunia. Dan saya berharap dunia memperhatikan Ahok," kata Ananda yang merelakan karyanya ini dimainkan para pianis kelas dunia lainnya sepanjang tahun 2018 ini di berbagai kota penting yang merupakan pusat musik klasik dunia.

Dijadwalkan komposisi "No More Moonlight Over Jakarta" karya Ananda Sukarlan ini akan dimainkan dan diperdengarkan untuk pertama kalinya di dunia oleh pianis klasik terkenal dari Amerika Serikat berdarah Israel, Yael Weiss, di Changwon International Chamber Music Festival, Korea Selatan, pada 7 April 2018 ini. Para pianis klasik ternama lainnya juga akan memainkan "No More Moonlight Over Jakarta" menyusul kemudian kota-kota di Amerika Serikat dan Eropa.

***

Setelah bercerita tentang karya musik terbarunya "No More Moonlight Over Jakarta" itu Ananda Sukarlan melahap sushi salmon kesukaanya. Lalu minum teh english breakfast. Usai menyeruput teh ia bercerita soal rencana akan kembali menetap di Tanah Air.

Ananda mengaku berterima kasih kepada Gus Dur yang mengingatkannya untuk "pulang ke rumah" setelah mengembara keliling dunia sejak tahun 1987. Berkat undangan Gus Dur itu Ananda Sukarlan jadi seniman pertama yang masuk lagi ke dalam lingkungan Istana setelah zaman Presiden Soekarno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun