Saat ini ada produk minuman untuk tujuan kesehatan atau pengobatan yang sedang berseteru tak ada habisnya. Di pasar menjadi perbincangan hangat para pedagang karena keduanya terus berusaha meyakinkan konsumen siapa yang "asli" ; Siapa lagi kalau bukan pertarungan produk larutan penyegar merk Kaki Tiga dengan cap Badak...! Namun tulisan ini tidak akan membahas siapa yang benar dan siapa yang salah,karena keduanya masih berseteru di pengadilan dengan berbagai cara untuk bisa mengalahkan lawannya,juga masing-masing punya argumentasi yang dianggapnya paling benar. Memang begitulah orang kalau sedang berseteru......
Perebutan siapa yang "ASLI" memang membingungkan konsumen pada akhirnya ; Lihat saja di kota Sokaraja-Banyumas,banyak papan nama penjual Getuk "ASLI" Sokaraja,beberapa toko mencantumkan kata "ASLI" Haji Tohirin,tetapi ada juga yang tetap memakai kata "ASLI" getuk tela goreng....; Tetapi tetap kata "ASLI" menempel di papan nama toko sang penjual getuk....! kata "ASLI" dianggap begitu manjurnya untuk meyakinkan konsumen,padahal kata itulah yang membuat konsumen menjadi bingung. Yang cukup menggembirakan,di Sokaraja tidak ada saling tuntut menuntut siapa yang berhak menggunakan kata "ASLI" sebab semua penjual getuk disana bisa menggunakan kata itu...
Beberapa jenis makanan daerah yang dijual di berbagai kota di Indonesia juga mempengaruhi konsumennya dengan tambahan kata "ASLI" ,padahal konsumen generasi yang ke sekian tidak tahu lagi mana yang benar-benar asli dan mana yang sudah "aspal" alias asli tapi palsu. Tetapi teknik menjual kata "ASLI" masih saja relevan dipakai di Indonesia,bahkan sebuah iklan produk pun masih ada yang menyampaikan pesannya dengan: "Asli,lho....!". Seolah kata "Asli" memang mujarab untuk membuat konsumen membeli sebuah produk.
Padahal situasi pasar sekarang sudah berubah,khususnya dalam dunia penjualan. Dengan kemajuan teknologi informasi dan keterbukaan yang semakin membuat masyarakat bertambah pintar,para Pedagang dan konsumen zaman sekarang tahu persis mana yang asli dan mana yang "aspal" dan mereka tidak peduli,kenapa...? Sebab mereka membeli barang bukan asli atau 'aspal' tetapi apakah produk tersebut sesuai dengan kebutuhan dirinya atau tidak,pas atau tidak dengan seleranya atau dengan isi kantongnya.
Lihat saja di pasaran sekarang ini banyak sekali merk dengan berbagai kwalitas,ada yang asli,KW-1 sampai KW-3 pun ada ; Yang lebih "mengerikan" adalah produk-2 fashion yang meniru aslinya tetapi dijual dengan kategori KW-1 s/d KW-3 dan semuanya "okay" saja dijual bebas seperti getuk goreng "ASLI" Sokaraja. Penjualan secara "online" pun laris manis tanpa rasa bersalah dari konsumen yang membeli dan si penjual yang memperdagangkan produk tiruan dari aslinya.
Fenomena ini bisa terjadi karena sebuah peluang yang memang tercipta di pasar dan kemudian disambar habis oleh para pedagang yang mempunyai jiwa "entrepreneur" luar biasa. Pedagang tahu betul bagaimana mengolah sebuah peluang untuk menjadikan produk itu laku terjual atau tidak. Walau asli tetapi kalau pedagang tidak mau menjual produk tersebut karena tidak ada yang mencari, membutuhkan maka jangan harap produk yang diproduksi bisa laku di pasaran. Sebuah kata "ASLI" pun bisa tercipta atas rekomendasi si pedagang,sehingga konsumen hanya 'manggut-manggut' saja karena merasa yakin pedagang itu tidak membohongi dirinya.
Kalau saja produsen larutan penyegar merk Kaki Tiga dan cap Badak mau ke Sokaraja dan mencoba merenung disana,barangkali perseteruan tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi,juga melihat secara jelas bagaimana peranan pedagang dalam menjual produk yang dipasarkannya. Apalagi kalau mau belajar dari cara memasarkan getuk "ASLI" Sokaraja....! Asli,lho....! Beres,dah...!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI