Mohon tunggu...
Abdussalam Bonde
Abdussalam Bonde Mohon Tunggu... Sekretaris - Pelayan Publik, Orang Doloduo Bolaang Mongondow-Sulut

Orang biasa, bukan sispa-siapa, juga bukan apa-apa. Tapi selalu ingin belajar dan berusaha menjadi yang berguna untuk alam dan manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Literasi dan Perintah Illahi

17 Februari 2021   18:00 Diperbarui: 13 April 2021   11:44 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Secara sederhana istilah literasi adalah kemampuan membaca, menulis dan berfikir kritis. Dalam konteks teologi Islam hal ini merupakan perintah Allah swt. Ayat pertama yang diturunkan ke bumi adalah "Iqra" yang berarti, "Bacalah". Begitu pentingnya membaca hingga Allah swt mengebutkan berulang kali dalam Surat al-'Alaq.

Sedangkan menulis secara tersirat disebutkan pada surat al-'Alaq ayat 3 Jo Surat Luqman Ayat 27. Bahkan untuk menunjukkan bahwa menulis adalah kegiatan yang sangat penting, Allah swt kemudian bersumpah pertama kali dengan kata "Qalam" yang artinya "Pena" pada Surat al-Qalam ayat 1 yang berbunyi; "Demi pena dan apa yang mereka tulis".

Adapun soal berfikir kritis, berkali-kali Allah swt menyebutkan dalam al-Qur'an dengan redaksi kritis-konstruktif seperi; "Afala Tatafakkarun" (apakah kamu tidak memikirkan), "Afala Ta'qilun", (apakah kamu tidak menggunakan akalmu), "Wa fi Anfusikum, Afala Tubshirun" (di dalam dirimu apakah kamu tidak melihat?). Dan semua redaksi-redaksi kritis itu, jika di total kurang lebih ada 189 kali disebutkan dalam al-Qur'an.

Perintah literasi dari Sang Illahi, telah ditujuhkan kepada utusan termulia-Nya, yakni Nabi Muhammad saw. Kemudian misi mulia ini diteruskan kepada seluruh manusia untuk membuka jendela informasi dan misteri kehidupan.

Lihatlah bagaimana jagad raya yang terbentang luas. Tidak hanya untuk ditempati tapi, untuk dipelajari. Sebab jagad raya laksana perpustakaan Ilahi dan bukti empiris atas tatanan yang dibuat Sang Illahi Robbi. Sehingga setiap entitas yang ada di alam semesta ini, tak ubahnya sebuah referansi. Oleh karena itu setiap kali membaca harus di-ikuti dengan kegiatan menulis dan dibarengi juga dengan berfikir kritis tuk lancarkan siklus literasi.

Keterampilan literasi adalah sebuah perangkat dasar yang telah diajarkan Allah swt kepada manusia sebagai sarana untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Sehingga seruan literasi tidak hanya di-khususkan bagi kaum terpelajar atau pun yang terpilih, melainkan siapa saja yang mau meneruskan misi mulia para delegasi Ilahi, menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jika kemudian umat Islam tidak mau lagi membumikan kegiatan literasi atau bahkan kencerung antipati. Maka harus siap dengan segala konsekwensi. Ketertinggalan, kebodohan, kemiskinan, dan keterpurukan yang akhirnya akan kalah dalam perang pemikiran atau Ghazwul Fikri, dan dengan sendirinya akan termarjinalkan dari panggung peradaban tercanggi.

Untuk untuk itu, agar generasi umat Islam dapat mencapai kembali puncak peradaban emas yang pernah diraih, tak ada cara lain kecuali, kembali ke-perangkat dasar yang Allah perintah lewat ayat-ayat-Nya tentang literasi untuk memperoleh hidayah dan hikmah dibalik semua peristiwa yang terjadi.

 Apalahi kini kita berada di era revoluasi industri 4.0. Adalah hal yang urgen melestarikan budaya literasi-membaca-menulis-berfikir kritis-dengan demikian sejarah peradaban islam dapat hidup dinamis.

Membaca berarti mengkaji, mempelajari, memeriksa, menyelidiki; meneliti, membedah, mempertimbangkan, menguji, dan menelaah. Sedangkan menulis adalah membuat huruf angka dan sebagainya dengan media (pensil, ponpel computer, laptop, HP dan sebagainya) untuk mengemukakan pikiran, gagasan, pengalaman dan pengetahuan dari hasil membaca. Adapun berpikir kritis dapat diartikan sebagai proses dan kemampuan yang digunakan untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh atau informasi yang dihasilkan.

Setidaknya dengan mengamalkan budaya literasi, kita banyak memperolah manfaat diantaranya; 1) melestarikan ilmu, 2) sebagai sarana dakwah, 3) mengembangkan ilmu pengetahuan, 4) memperolah kemuliaan di akhirat 5) menjadi amal jariyah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun