Gaya hidup pria itu menyebalkan jika mereka sudah mapan. Mereka bisa nikah lagi jika adil dan bijaksana tapi sedikit bisa selingkuh. Jika tidak bisa mengubah pria setidaknya mengubah pola pikir, paradigma, dan perspektif mengenai pria.
Pola pikir pria berbeda dengan wanita sehingga bagi wanita melihat pria lebih objektif. Beruntung suami tidak nikah lagi tapi pertanyaannya apakah ia punya selingkuhan?
Pola pikir selingkuh berbeda dengan nikah lagi tapi itu sama-sama bisa menghilangkan kejenuhan. Kenali suami yang sudah jenuh mungkin ia akan mengambil gaya hidup selingkuh atau tambah istri.
Selain itu pergaulan juga mempengaruhi selingkuh atau tambah istri, pasalnya suamimu yang baik-baik saja tapi istrinya tidak mengizinkan selingkuh dan nikah lagi ia harus bagaimana?
Itulah menjadi paradigma pembentuk pria, selingkuh bukan cuman soal gairah tapi simbol kekuatan. Seorang ayah mendidik pria agar kuat sehingga ia juga harus kuat dan membuktikan kekuatan.
Pria membuktikan kekuatan adalah pria sejati berbeda dengan pria lemah yang tidak bisa membuktikan kekuatannya. Kekuatan pria mulai dari pengaruh terhadap istri, ekonomi, dan teladan yang baik.
Tentunya pria lemah tidak akan tambah istri karena pertimbangan ekonomi. Namun untuk selingkuh itu murah cukup suka sama suka dan dilampiaskan di hotel.
Nah, kekuatan ekonomi melegitimasi suka sama agar nambah istri. Perempuan yang tidak bekerja sanga mudah merelakan suami menikah lagi dibandingkan perempuan mandiri.
Bagi pria yang menjadi memiliki teladan yang baik dan dipercaya bisa adil dan bijaksana. Maka, pertimbangan tambah istri diberikan. Pertimbangan bijaksana dengan menambah istri yang setara.
Misalkan istri pertama pendidikan S2. Maka tambah istri pendidikan S2. Ini mencegah intervensi antara istri pertama dan kedua karena kesenjangan usia dan pendidikan.