Peningkatan iman, takwa dan budaya harus dijaga Anies Baswedan dan Ridwan Kamil selama menjabat 5 tahun. Kedua Gubernur terbaik ini ingin anak muda berwawasan global, berbudaya lokal, dan tidak nakal.
Tiga variabel digunakan melalui pendekatan pendidikan berbasis budaya, iman dan takwa. Senada dengan pesan eyang Habibie iptak (iman dan takwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) harus seimbang oleh pelajar dan mahasiswa.
Pesan eyang Habibie dilaksanakan Anies Baswedan dan Ridwan Kamil dengan pendekatan budaya lokal untuk mencapai target nasional yakni sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing dan membawa perubahan dahsyat.
Hasil pendidikan Indonesia sepertinya lebih banyak menghasilkan manusia yang tidak koheren antara ucapan dan perbuatannya. Apalagi toleransi, kesetaraan, perdamaian dan gotong royong. Ini menjadi misi besar Anies Baswedan dan Ridwan Kamil.
Mereka adalah negarawan sejati yang memikirkan pendidikan yang  Ideal bertaraf internasional dengan pendekatan lokal sesuai instrumen di nasional.  Pendidik sebagai katalisator juga berarti mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta terhadap proses toleransi, kesetaraan, perdamaian dan gotong royong.
Mereka adalah orang yang memaknai beragama budaya sebagai bentuk pendekatan pendidikan yang tepat untuk keberagaman masyarakat Indonesia. Sikap mereka memang meneladani eyang Habibie terhadap pentingnya masyarakat yang terdidik dengan baik.
Masyarakat yang berbeda agama bukan bisa saling melengkapi mulai dari hal kecil mengirimkan kondusifitas Natal sampai hal besar memikirkan masa depan keluarga kristani. Beberapa tempat ibadah baik pura, vihara, klenteng dan masjid dijamin kenyamanan ibadah.
Indahnya toleransi bersama kaum inovatif yang mengajak toleransi bangun negeri dengan budaya, iman dan takwa. Karena Indonesia memiliki beragam agama, suku dan budaya harus dipimpin oleh orang yang paham keberagaman dan kebhinekaan.