Ketidakseimbangan gender ini salah satunya bisa disebabkan oleh perbedaan tingkat kematian yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, seperti akibat jadi korban konflik Rusia Ukraina yang disengaja menunjang praktik poligami.
Banyak wanita sedih melihat konflik Rusia Ukraina karena banyak pria gugur karena suami mereka dan calon suami berjuang membela masing-masing negara.
Pria lajang itu masuk militer tidak akan kembali ke rumah masing-masing sesegera mungkin, dan informasi yang diterima pada saat serangan atas kematian itu belum dikonfirmasi sehingga banyak perempuan sulit mendapatkan jodoh.
Ketika sejumlah besar wanita ditakdirkan untuk menjadi lajang, mereka menjadi putus asa sehingga poligami lebih mungkin untuk wanita yang menyukai lawan jenis hampir selalu berarti pria selamat konflik mengambil peluang poligami namun negara melarang.Â
Sejauh memiliki beberapa hubungan pada saat yang sama jelas wanita Rusia dan Ukraina tidak ingin poligami dalam hal pernikahan karena negara Rusia dan Ukraina melarang dan tidak memfasilitasi praktik poligami.
Lembaga pernikahan poligami adalah salah satu bentuk paling umum dari hubungan keluarga di Ukraina sebelum munculnya agama Kristen memiliki lima istri resmi, tidak termasuk selir. Namun semua berubah hingga pernikahan monogami menjadi hukum sekuler.
Pernikahan negara menurut  hukum negara didasarkan pada prinsip sekuler daripada prinsip agama, salah satunya adalah monogami. Meskipun  terdapat warga yang agamanya membolehkan poligami memiliki kesempatan untuk hidup menurut aturan keyakinannya tanpa ada tindak pidana.
Dalam KUHP 1969 Rusia, poligami adalah tindak pidana yang diancam dengan hukuman penjara hingga dua hingga tiga tahun, tergantung pada jumlah pernikahan. Kemudian, norma itu dihapuskan. Sekarang, Keluarga tidak menyentuh masalah ini sama sekali.