Mohon tunggu...
Abduraafi Andrian
Abduraafi Andrian Mohon Tunggu... Administrasi - karena 140 karakter saja tidak cukup

suka baca apa saja, suka tulis suka-suka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tabunya Kesuksesan

24 Januari 2017   13:07 Diperbarui: 24 Januari 2017   17:16 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu, rekan kantor membagikan tautan artikel yang berisi tentang kesuksesan. Dalam artikel tersebut, penulis berpendapat bahwa orang sukses tidak untuk ditiru. Banyaknya buku-buku yang mengejrengkan pencapaian orang-orang sukses bagai membuat mereka yang membacanya ingin meniru langkah-langkah yang diberikannya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan buku-buku tersebut, yang salah adalah bagaimana pembaca mengikuti langkah demi langkah sang miliuner dari bangun tidur hingga tidur lagi.

Pada tahun yang baru ini, saya mulai lebih sering untuk membaca artikel dan menonton video seputar kehidupan dan pengembangan diri. Ketimbang membaca buku yang berhalaman-halaman, saya lebih nyaman dengan kedua media tersebut karena (1) saya tidak bisa membaca buku nonfiksi yang teoritis dan (2) memang lebih efisien, bukan? 

Setelah menemukan tulisan Darius Foroux, saya bagai menemukan diri saya sendiri. Saya tahu tentang buku-buku tentang orang sukses, dari nol menjadi jempolan. Dan saya tahu saya tidak akan mendapatkan apa pun darinya karena saya tidak mudah dipengaruhi. Begitupun pendapat Foroux. Ia bahkan bilang membaca artikel dan buku-buku tentang sukses itu membuang-buang waktu karena mereka tidak mengajari Anda apa pun yang berguna.

Dari penjabaran tersebut di atas bisalah diambil kesimpulan bahwa kesuksesan bukan hanya tentang orang yang sudah sukses. Anda tidak perlu membaca buku mereka dan mengikuti apa yang telah mereka lakukan. Anda tidak perlu mengikuti orang lain untuk menuju kesuksesan Anda sendiri. Yang harus Anda tahu adalah bagaimana Anda berusaha untuk menuju kesuksesan Anda. Buatlah target-target yang membuat Anda dibilang sukses bagi orang lain dan, yang terutama, diri sendiri. Andalah penentu sukses Anda sendiri.

Lalu, bagaimana jika Anda belum merasa sukses padahal Anda sudah berupaya semaksimal yang Anda bisa? Mungkin Anda butuh piknik. Bercanda? Tidak. Serius. Bepergianlah. Rilekskan diri Anda. Pada saat itu, jangan pernah sekalipun memikirkan kesuksesan Anda tersebut. Sepulangnya piknik, tentukan lagi apakah target sukses Anda terlalu tinggi sehingga tidak sampai-sampai pada titik target sukses tersebut. Tentukan kapasitas Anda. Jangan terlalu tinggi pun terlalu rendah. Andalah yang tahu diri Anda sendiri.

Yang paling penting bersyukur atas capaian Anda. Sekecil apa pun. Dengan bersyukur, Anda akan lebih nyaman menghadapi hidup. Tetap berprogres tapi tidak merasa terburu-buru. Cara syukur paling mudah? Senyum. Seperti yang kukutip dalam buku "Produktif dengan Cinta" karya Gigih Kurniawan: Sukses adalah ketika proses dilalui dengan senyuman dan hasil akhir dihadapi dengan rasa syukur.

Amatlah tabu mengukur kesuksesan melalui orang lain. Hanya diri sendiri yang tahu seberapa besar ukuran sukses.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun