Mohon tunggu...
abdullah aflaheldi
abdullah aflaheldi Mohon Tunggu... Lainnya - Hello!

PSYCHOL0GY UMM 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mitigasi Bencana pada Kurikulum

22 Desember 2021   22:49 Diperbarui: 22 Desember 2021   22:57 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

           Secara geologis, posisi Indonesia memang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Plus itu disebut cincin api, atau lingkaran api pasifik. Dua hal inilah yang membuat Indonesia sering mengalami bencana. Semeru sendiri tercatat pernah mengalami sejumlah 55  letusan besar, 10 di antaranya mengakibatkan korban jiwa. Dilaporkan ada 34 warga tewas, 14 warga hilang, dan 3.697 mengungsi ke beberapa titik pengungsian. Sehingga walaupun bencana tersebut merupakan peristiwa alam yang telah ditentukan oleh Tuhan, antisipasi dini agar bencana tersebut tidak menelan banyak korban perlu segera dilakukan. Dengan letusan dahsyat ini, pemerintah seperti itu diingatkan untuk serius memasukkan mitigasi bencana ke dalam kurikulum pendidikan.

            Pemerintah membatalkan PPKM level 3 pada saat Natal dan Tahun Baru 2022. Untuk itu, terlihat penurunan kasus COVID-19 yang cukup signifikan. Meski ancaman varian Omicron masih tetap ada, risiko penyebarannya di Indonesia kini terbatas. Diungkapkan, kesehatan dan ekonomi adalah sama gas dan rem. Misalkan kasus COVID-19 besar, ekonomi melambat, misalnya ada penurunan ekonomi, harus didorong kembali bergerak. Oleh karena itu, PPKM Tingkat 3 dibatalkan. Meski ada persyaratan dan pengawasan yang ketat, pembatalan PPKM Tingkat 3 berpotensi membingungkan. Bahkan, ada potensi ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah. Apalagi, pemerintah lebih mementingkan pemulihan ekonomi daripada kesehatan masyarakat.

            Padahal, kesehatan dan ekonomi adalah dua hal penting yang perlu dijaga. Jangan korbankan salah satunya. Karena itu. setiap kebijakan yang dibuat, perlu ditinjau kembali dengan baik. Dalam situasi di mana varian dan virus masih menyebar, pemerintah tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan. Jangan bangun untuk ini pembatalan membawa lonjakan tambahan seperti tahun-tahun sebelumnya. Lainnya membantu pertumbuhan ekonomi, gagal membawa lonjakan kasus baru. Misalnya kebijakan pembatasan menyentuh salah satu kasus, sedangkan kesehatan dan ekonomi adalah dua kasus manajemen yang tidak dapat dipisahkan, sehingga harus ada formulasi baru yang harus diambil. Harus ada solusi lain. Renungkanlah Ummar Bin Khattab yang telah berhasil memajukan negara Islam, meski hartanya menyentuh kasus wabah. Keberhasilannya karena Ummar menjadikan Allah sebagai penguasa kehidupan.

            Bencana tidak selalu menjadi konsekuensi keberadaan manusia di dunia yang tidak sempurna ini, tetapi bencana dapat terjadi oleh tingkah laku manusia. Bencana alam seperti letusan Gunung Semeru ,banjir bandang, dan tanah longsor adalah akibat dari relasi ketidakharmonisan manusia dengan alam ini. Karena itu, penderitaan seperti bencana alam yang terjadi tidak harus dilihat  sebagai "murka" Allah  tetapi merupakan reaksi alam dalam dirinya sendiri, karena alam mengalami ketidakharmonisan. Dengan demikian, selalu ada usaha manusia untuk meminimalisir penderitaan (bencana) yang sering terjadi akhir tahun ini. Karena itu, kita perlu mempertimbangkan bahwa ada "ketidaksempurnaan alamiah dalam ciptaan". Setiap ciptaan terbatas dalam essensinya. Manusia harus mengakui bahwa dia tidak dapat mengetahui semua, dan bahwa dia tidak dapat menipu dirinya sendiri serta komit terhadap kekeliruan-kekeliruan yang lain.

            Ketidaksempurnaan dalam ciptaan tidak bergantung pada pilihan Ilahi, tetapi pada ideal essensi ciptaan. Allah tidak dapat memilih untuk menciptakan tanpa pilihan untuk menciptakan adanya ciptaan yang tidak sempurna. Dia tetap memilih untuk menciptakan dunia yang terbaik yang mungkin. Dalam menciptakan, Allah selalu menghendaki kebaikan tetapi konsekuensinya bahwa sekali memberikan keputusan Ilahi untuk menciptakan, itu akan menjadi yang terbaik dari yang mungkin. Itu berarti dalam menciptakan Allah menghendaki yang terbaik bagi ciptaan, namun tak dapat disangkal bahwa ada keterbatasan dalam ciptaan sesuai essensinya. Allah tidak dapat menghendaki "yang terbaik" tanpa menginginkan eksistensi barang-barang yang tidak sempurna. Yang terbaik dari segala ciptaan yang mungkin harus ada yang tidak sempurna.

            Seringnya bencana yang melanda Indonesia melahirkan sejumlah pertanyaan. Manusia mulai mempertanyakan perilakunya terhadap alam dan relasi personalnya dengan Tuhan. Tentang perilakunya terhadap alam, manusia tampaknya menemukan jawaban yang sedikit memadai terkait kerusakan ekosistem yang dapat menimbulkan bencana seperti tanah longsor, banjir, erupsi gunung meletus. Namun tentang relasinya dengan Allah manusia sering sulit menemukan jawaban yang memadai. Terhadap pertanyaan ini. Rahasia semesta hanya dapat diselami lewat kepasrahan yang penuh kepada penguasa semesta yang oleh penganut agama Monoteis disebut Tuhan atau Allah. Sebagai orang beriman, mempertanyakan relasi dengan Tuhan adalah hal yang lumrah, karena kaum beriman memiliki konsep tentang Allah Yang Mahabaik. Kini konsep kemahabaikan Allah tersebut diperhadapkan dengan realitas lain yang bertentangan dengannya. Adanya bencana adalah hal yang bertentangan dengan kebaikan yang ada dalam diri Allah.

Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, kini telah terjadi letusan Gunung Semeru. Banyak bencana alam yang terjadi, jadi refleksi bagi kita bersama. Ini tentu bukan sekadar fenomena alam, atau alam yang sudah bersedia bersahabat dengan kita, seperti yang sebagian dari kita pikirkan.  kita harus menyadari bahwa ini adalah hasil dari penghindaran manusia. Karena itu, banyak perilaku kita yang bisa mengundang datangnya murka Tuhan. Berkaca dari pengalaman sebelumnya ketika bencana alam datang, air tidak putus asa untuk waktu yang lama. Pemerintah gagap dalam menangani bencana. Padahal, bencana alam sudah menjadi langganan di negeri ini. Aku seharusnya tidak gagap lagi. Tapi, itu adalah fakta yang terjadi.

Keterlambatan bisa karena kendala teknis seperti jalan rusak atau masalah cuaca. Namun terlepas dari itu semua, seperti yang terjadi di Aceh pada saat tsunami beberapa tahun lalu, bantuan cukup banyak, namun karena panjangnya birokrasi yang harus dilalui, mengakibatkan bantuan baru bisa diterima setelah beberapa hari dari waktu yang ditentukan. dari kejadian tersebut. Idealnya, dalam keadaan darurat bencana, birokrasi saya sudah lama harus dipangkas. Sehingga tidak sampai banyak korban kelaparan. Semoga dalam bencana letusan Gunung Semeru ini. Pemerintah bisa mengembalikan kehidupan seperti semula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun