"Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba yang banyak salah, khilaf dan lalai dalam belajar agama, sehingga sholat hamba tidak sesuai dengan apa yang ditentukan baik dari sarat, rukun yang tak terpenuhi. Ya Allah hingga di umur sedewasa ini hamba baru sadar dan tau bahwa ada banyak hal yang harus dipenuhi dalam menjalankan sholat sesuai dengan tuntunan baginda rasulullah SAW, yang disampaikan oleh para alim ulama. Untuk itu hamba mohon ampunan-Mu ya Allah atas segala perbuatan lalai khilaf yang hamba perbuat"
Begitulah kira-kira doa yang saya panjatkan diawal-awal saya mondok di pesantren Darul Ilmi sekitar tahun 1994. Pondok pesantren Darul Ilmi beralamat di Jl. A.yani Km 18,5 Liang Anggang Kabupaten Banjarbaru Kalimantan Selatan. Do'a diatas saya panjatkan usai sholat yang dilakukan didalam hutan tepatnya dibelakang pondok, kenapa sholat dilakukan di dalam hutan, karena saya malu dengan diri sendiri diusia sudah balihg sholatnya saya tidak sempurna (belum sesuai kaidah-kaidah sholat dalam ilmu fiqih) sebagaimana yang diajarkan oleh baginda nabi melalui para ulama.
Saya adalah salah satu anak yang mengikuti orangtua merantau ke Kalimantan Selatan, untuk ikut progran Transmigrasi salah satu program pemerataan penduduk di Indonesia era prisiden H.M Soeharto. Sebagai anak transmigrasi yang ikut orangtua dengan fokus perbaikan ekonomi dan letak domisili transmigrasi di daerah terpencil, maka ajaran sholat didapat masih dalam konteks "seadanya" juga didapat dari didikan orangtua. tahun 1990-an tentu pelajaran agama, dakwah dan media yang mengulas tentang ajaran agama tidak semasif seperti saat ini.
Saat itu, ilmu agama yang kami "lahap" adalah bacaan sholat, gerakan sholat dan bagaimana bisa membaca al-Qur'an yang didapat dari materi kitab zuss Amma, yang masih mempelajarinya dengan ejaan "alif" "ba" Ta" dan seterusnya. Untuk urusan sholat semisal gerakan sholat, pembagian sunnah dan wajib, tumu'minah saya belum mempelajarinya terlebih membahas tentang rukun qauli, fi'li atau qolbi sangat jauh dari pemahaman kami, padahal sarat sholat, rukun sholat adalah salah satu faktor sah atau tidaknya sholat yang dikerjakan.
Sebagaimana cerita yang terdapat di awal paragraf pertama dan kedua itu real terjadi dan merupakan pengalam pribadi saya, dan boleh jadi saat ini juga banyak terdapat problem yang sama sebagaimana pernah sama alami, namun dalam bentuk dan varian kasus yang beraneka ragam. disinilah pentingnya peringatan Isra dan Miraj nabi besar Muhammad SAW digunakan untuk menyampaikan, memahamkan dan memastikan bahwa masyarakat muslim sudah benar-benar paham dan menjalankan sholat sesuai dengan ajaran Islam.
Isra dan miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW atas perintah Allah SWT yang ditempuh dalam waktu satu malam. Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsho di Yerussalem. miraj adalah naiknya baginda nabi ke langit untuk mendapat perintah ibadah sholat lima waktu. Tentang hikmah dan ulasan bagaimana perintah sholat didapat oleh baginda rosulullah dan kewajiban sholat menjadi salah satu ibadah mahdoh, kaum muslimin tentunya sudah maklumi bersama sebab uraian dan ulasan tentang isra dan miraj selalu berulang dalam setiap tahunnya.
Indonesia dalam peringatan isra dan miraj nabi besar Muhammad SAW selalu menjadi agenda rutin bagi para pengurus masjid ataupun musalla, bahkan beberapa kantor atau lembaga baik negeri atau swasta tak lupa juga ikut menyemarakkan peringata isra dan miraj nabi besar Muhammad SAW. agenda ini oleh para pengurus biasanya masuk di program PHBI (Peringatan Hari Besar Islam). Maka momen peringatan Isra da Miraj menjadi penting untuk dijadikan salah satu agenda pembinaan ummat, dalam memahamkan bagaimana pemahaman sholat yang baik dan benar terutama dalam bidang fiqihnya sepert: sarat-sarat sholat dan rukun-rukunya.
Maka dihari peringatan Isra dan Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW 1443 H, mari bersama merenung dan mengevaluasi diri kita, keluarga kita atau masyarakat sekitar kita sudahkah mengerjakan sholat lima waktu, sudahkan sholat kita sesuai kaidah yang benar. Sebab sholat adalah tiang agama, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh baihaqi, yaitu:
“Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama (Islam) itu dan barangsiapa merobohkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu,” (Baihaqi).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI