Mohon tunggu...
Abdul Ghofur 20200110300014
Abdul Ghofur 20200110300014 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Prodi Ilmu Politik

Don't forget keep smile always

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rakyat Harus Bicara Politik

21 Januari 2022   20:10 Diperbarui: 21 Januari 2022   20:19 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Air beli, tanah beli, pekerjaan juga beli. Rakyat juga harus membeli kesehatan dan pendidikan. Jangan-jangan akan ada saatnya rakyat harus membeli sekadar untuk tidur dan mimpinya. Kalau semua yang ada di negeri ini harus dibeli, lantas apa yang gratis dan bisa dimiliki rakyat? Sementara sejauh ini semua yang dibeli rakyat itu, kini dikuasai dan dimiliki segelintir orang, perusahaan dan pejabat-pejabat tertentu. Sebenarnya Indonesia itu punya siapa? Punya rakyat atau punya tetangga?

Masa-masa perjuangan pergerakan hingga mencapai kemerdekaan RI, harus dibayar dengan cucuran keringat dan darah. Bahkan tidak terhitung nyawa harus dikorbankan. Semua pemberian rakyat yang tak bisa dinilai dan digantikan dengan uang dan materi apapun. Rakyat bersama para pemimpin-pemimpin kebangsaan mengobarkan perang suci yang menggetarkan langit dan bumi.

Selama hayat masih dikandung badan, mulai dari melonjaknya harga bahan pokok, gas elpiji, tarif listrik dan jalan tol hingga menggunungnya utang luar negeri adalah produk politik para politikus melalui proses politiknya.

Pertimbangan dan kepentingan politik menentukan lahirnya produk politik. Langsung maupun tidak langsung, produk politik berdampak terhadap kehidupan seluruh rakyat dan kelak menentukan nasib anak cucu kita.

Dan perlu dicatat, para politikus yang melahirkan produk politik lahir dari rahim rakyat melalui pemilu lima tahunan. Proses politik ini terjadi di ruang lingkup politik yang bernama negara bangsa yang melahirkan para politikus untuk mengatur urusan politik.

Jangankan dalam relasi kepentingan dan kebijakan publik, kondisi keseharian kita tidak lepas dari politik. Seperti kata Aristoteles bahwa "manusia berhubungan dengan manusia lain dalam relasi politik". Dalam buku "Politics" nya, sang Filsuf Yunani ini mengungkapkan, "man is by nature a political animal", manusia pada hakekatnya adalah makhluk politik.

Agama sekalipun, yang di dalamnya menyangkut urusan pribadi dan hubungan manusia dengan tuhannya, tidak luput dari politik. Baik politik dalam arti terbatas, untuk mempengaruhi orang lain agar mengikuti ajaran agama yang diyakini, maupun kaitannya dengan upaya meraih dan mempertahankan kekuasaan politik atas nama syiar dan tegaknya agama di ruang publik.

Semua agama bisa tegak dan menyebar ke sembarang tempat berkat politik. Islam, misalnya, sejak kehadirannya berabad-abad silam, selalu bersentuhan dengan masalah politik.

Terlepas dari keterbelahan dalam memaknai hubungan Islam dan politik, politik Islam adalah politik yang bertujuan menghadirkan rahmatan lil aalamin (keberkahan bagi seluruh alam semesta) dengan strategi Ammar ma'ruf nahi munkar (menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran).

Kendati diperhadapkan dengan realitas semesta politik dengan dampak luas bagi kehidupan rakyat, sekarang dan mendatang, sebagian warga tidak peduli dengan politik. Bahkan mengaku alergi membicarakannya.

Padahal, menghindar dari obrolan politik adalah sikap diam merupakan simbol persetujuan terhadap apapun yang dilakukan oleh para politikus. Silence implies consent (diam adalah persetujuan), kata para ahli komunikasi politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun