"Tiada masa paling indah
Masa-masa di sekolah
Tiada kisah paling indah
Kisah kasih di sekolah"
Mayoritas sepakat bahwa nostalgia masa SMA atau masa sekolah selalu menjadi kenangan tersendiri dalam memori. Apalagi menjadi seorang idola masa sekolah yang digemari mayoritas murid, bahkan kebanyakan guru.
Gue berkesempatan untuk bercakap-cakap kepada Wirsa Ivana Manengal, yang akrab disapa Icha. Kami berbincang mengenai hiruk pikuk dirinya saat menjadi idola di sekolah. Pada era emasnya; era sekolah menengah atas, dia adalah idola di salah satu sekolah di daerah Manado.
Apa, sih, tolak ukur menjadi idola sekolah? Kok kamu bisa se-pede itu menyatakan diri sebagai idola?
"Iya. Jadi kalau cuma dilirik-lirik itu biasa, kan. Nah, setiap pulang sekolah, suka ada aja cowok yang mau kenalan. Atau dia gak kenal, (tiba-tiba) nembak. Misalnya di kantin, di ruang kelas. Atau sekadar gombal, sekadar ingin mengajak jalan. Dan itu banyak."
Banyak cowok yang menyatakan perasaan suka?
"Iya. Selama pacaran, aku cuma sekali (pacaran dengan cowok) satu sekolah. Seringnya beda sekolah."
Berarti kamu sering menolak cowok-cowok?
"Bilang aja, kalau cuma teman, boleh. Maaf, untuk pacar, kapan-kapan, ya. Halus aja."
Bagaimana, sih, rasanya menjadi idola?
"Merasa bangga, awalnya. Karena aku disukai, punya fans, merasa diistimewakan. Yang risih, aku kadang gak bebas kemana-mana, jadi pusat perhatian di lingkungan sekolah."