Kasus Penistaan Agama oleh Basuki Tjahja Purnama (Ahok)
Kilas balik beberapa tahun silam. Terjadi aksi besar-besaran umat islam yang tercatat didalam sejarah bangsa Indonesia. Aksi yang berlangsung damai nan indah tersebut bermaksud untuk menuntut Ahok  untuk diadili. Akhirnya, Ahok terbukti melakukan penistaan agama dan telah divonis 2 tahun penjara.
Sejak saat itu, dialam yang lain yaitu di instagram, banyak akun-akun instagram dengan format dakwah muncul dengan sangat masif. Karena hampir setiap postingan, akun dakwah itu memention akun-akun dakwah yang lain.
Akun yang sudah ada sebelum kasus Ahok, terlihat lebih populer dengan naiknya followers mereka. Gue amati itu sendiri. Terlepas dari apakah mereka beli followers atau tidak, yang jelas followers mereka naik.
Gue juga membuat analisis kecil-kecilan mengapa akun-akun dakwah ini semakin populer. Setelah gue amati, akun-akun dakwah ini semakin populer karena adanya simbiosis mutualisme. Ya, Bertemunya rasa ingin tahu umat islam terhadap islam dengan ilmu-ilmu dalam islam yang dipublikasi oleh akun-akun dakwah tersebut.
Fenomena ini sangat positif. Karena disatu sisi, ini merupakan tanda bahwa kepekaan umat islam terhadap agamanya telah bertambah. Dan disisi yang lain, akun-akun dakwah menjadi wadah dari kepekaan umat islam. Sampai sini, itu merupakan sebuah simbiosis mutualisme yang sempurna bukan?
Percikan Perpecahan Mulai Terpampang Nyata.
Pasca kasus Ahok, kepopuleran islam semakin tak terbendung. Kajian-kajian agama islam mulai membanjiri media sosial dan beberapa kali menjadi trending di Youtube. Tak bisa dipungkiri, familiarnya Ustadz Abdul Somad disebabkan viralnya beberapa kajian dan ceramahnya di Youtube. Pada akhirnya, pada fase ini para ulama semakin terkenal dan semakin diminati umat.
Tapi, pada fase ini juga mulai muncul sisi negatif. Banyaknya ulama yang populer mengakibatkan banyaknya perbedaan pendapat diantara mereka. Apalagi pendapat tentang politik. Gue ingin menggarisbawahi bahwa mereka tidak salah karena berbeda pendapat atau berbeda sikap. Tapi kebanyakan umat islam yang belum siap terhadap perbedaan pendapat dari para ulama (ustadz/kiyai/habaib).
Seharusnya, perbedaan pendapat ulama adalah bukti dari fleksibilitas islam. Tapi yang terjadi, perbedaan pendapat dikalangan ulama justru dijadikan ajang untuk caci maki dan justifikasi. Kerap kali caci maki dan justifikasi merajalela terhadap ulama yang tidak sependapat dengan ulama panutanya. Padahal agamanya sama, Tuhanya masih sama, Kitabnya masih sama, Nabinya masih sama. Tapi saling mencaci dan merasa seolah-olah ajaran ulama inilah yang benar dan ulama itu yang salah. Miris !