Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masikah Anda Salah Paham terhadap Takdir?

5 Juli 2020   09:46 Diperbarui: 5 Juli 2020   14:46 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
transitionofthoughts.com

Kisah ini adalah salah satu contoh bagaimana Nabi saw mengevaluasi sahabat yang tertinggal bergabung ke pasukan Perang Tabuk. 

Sebagai seorang pemimpin Nabi tidak membiarkan setiap orang yang dipimpinnya bertindak sesuka hatinya. Nabi juga tidak menyandarkan perbuatan sembrono kepada takdir. 

Memang benar seratus persen bahwa segala yang terjadi pada manusia merupakan ketetapan Allah sejak zaman azali sebelum Allah menciptakan alam seisinya. 

Semua yang terjadi dalam kehidupan ini tidak keluar dari iradah dan pengetahuan Allah. Namun jangan berhenti di sini, agar kita tidak terjebak pada fatalisme, sikap pasrah "bongkoan" terhadap nasib. 

Kehidupan ini diatur oleh Allah melalui hukum-hukum yang ditetapkannya. Hukum yang ditetapkan oleh Allah yang meliputi segala apa yang terjadi dalam kehidupan alam semesta disebut sunnatullah. 

Keteraturan alam semesta ini berjalan berdasarkan sunnatullah. Terjadinya bencana alam juga sunnatullah. Ada bencana alam yang Allah kehendaki untuk menjaga keseimbangan alam seperti terjadinya gunung meletus.  Ada pula bencana yang terjadi karena pelanggaran manusia terhadap sistem keseimbangan alam seperti banjir dan kemarau panjang. Itu semua juga ketentuan dalam sunnatullah. 

Dalam kehidupan manusia juga berlaku sunnatullah baik sebagai individu maupun bangsa. Ketika mengisahkan bangsa-bangsa yang gagal dan dibinasakan oleh Allah, Alquran sering menutup dengan pernyataan "itulah sunnatullah atas orang-orang sebelum kalian." 

Dalam sunnatullah ada hukum kausalitas atau sebab akibat. Sesuatu yang terjadi pasti ada sebabnya. Setiap hasil pasti ada muqaddimah atau peristiwa yang mendahului. 

Namun suatu akibat belum tentu sebabnya tunggal. Orang menjadi kaya misalnya belum tentu sebabnya hanya bekerja, bisa  karena mendapat warisan, bisa juga anugerah Allah karena suatu amal kebaikan. 

Tidak semua sebab diketahui oleh manusia. Oleh karena itu manusia dilarang  bergantung pada sebab untuk meraih kesuksesan hidupnya, tetapi diperintahkan bergantung kepada yang menciptakan sebab, yaitu Allah. 

Dengan demikian takdir itu tidak menafikan ikhtiar. Sebaliknya ikhtiar itu tidak menafikan takdir.  Berikhtiar itu perintah Allah yang juga ketentuan Allah. Sakit terjadi karena takdir Allah. Sedangkan berobat agar sehat itu juga takdir Allah. Gagal usaha karena kurang pengalaman itu takdir Allah. Setelah gagal melakukan evaluasi dan perbaikan kemudian sukses, itu juga takdir Allah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun