Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin Impian Machiavelli

23 Mei 2011   17:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa tak kenal dengan Machiavelli? Dialah penulis buku Il Principe atau "Sang Pangeran" yang sangat terkenal itu. Setiap pemimpin dunia pasti mengenal dia. Buku karyanya yang terbit tahun 1532 itu dijadikan pedoman oleh banyak pemimpin dunia untuk mempertahankan kekuasaannya. Awalnya, "Sang Pangeran" ditulis Machiavelli  hanya bertujuan untuk memperbaiki kondisi pemerintahan di Italia Utara pada masa itu sehingga dijadikan pedoman dalam berpolitik. Namun pada akhirnya, "Sang Pangeran" pun dijadikan sebagai pedoman seorang penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya dengan cara-cara tak benar. Hal tersebut sangat mungkin dilakukan karena "Sang Pangeran" yang ditulis Machiavelli berisi tentang cara-cara seseorang untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Cara-cara yang dianjurkan Machiavelli itu dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan moral dan etika. Jadi, semua cara bisa dihalalkan demi mempertahankan kekuasaan tersebut. Tak heran kalau Machiavelli selalu diasosiasikan sebagai sosok yang buruk hingga saat ini. Oleh karena itu, orang-orang yang melakukan cara-cara Machiavelli tersebut selalu dijuluki sebagai makiavelis. Parahnya lagi, ajaran Machiavelli juga lebih cenderung mengajarkan kekejaman, kekerasan, ketakutan, dan penindasan ketimbang mengajarkan nilai-nilai keadilan, kasih sayang, kearifan, dan cinta. Sebenarnya banyak pandangan yang muncul tentang ajaran Machiavelli ini. Pandangan-pandangan yang terkenal pernah dipelopori oleh Benedetto Croce (1925), Ernst Cassirer (1946), dan Leo Strauss (1957). Benedetto Croce berpandangan kalau Machiavelli hanya sekadar seorang realis atau pragmatis yang tak menggunakan etika dalam berpolitik. Pandangan Leo Strauss lebih keras lagi. Ia berpandangan kalau Machiavelli mengajarkan kejahatan, immoralism, dan amoralism. Berbeda dengan Ernst Cassirer yang lebih cenderung berpandangan positif. Dia menganggap Machiavelli sebagai seseorang yang berpikir dengan cara scientist dan ilmiah, serta dianggap mampu membedakan antara fakta politik dan nilai moral. Walau Croce dan Strauss menganggap ajaran politik Machiavelli salah dan keliru, namun tak sedikit pula penguasa-penguasa di dunia saat ini yang menganut ajaran Machiavelli tersebut, yang menganggap bahwa politik hanya berhubungan erat dengan bagaimana cara memperoleh dan mempertahankan kekuasaan tersebut. Pandangan itu jugalah yang selalu dianut oleh penguasa-penguasa diktator dan kejam yang pernah ada. Sebut saja seperti Hitler, Mussolini, Marcos, hingga Polpot. Demikian pula dengan penguasa-penguasa modern lainnya yang tak mau kehilangan status quo dalam kekuasaannya. Mereka inilah pemimpin-pemimpin yang menjadi impian Machiavelli. Pemimpin-pemimpin semacam itu tak akan pernah punah meskipun gelombang reformasi menggilas mereka. Dan itu sudah terbukti, banyak skenario yang dilakukan demi mempertahankan kekuasaan. Semua itu berkat jasa Machiavelli yang memberikan pencerahan buat mereka.

  • Sumber gambar: wikipedia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun