Sebab ketupat hanya ada di saat lebaran saja, baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Secara fenomenal ketupat hadir dua kali dalam setahun menambahi suasana keriaan lebaran.
Lebaran tahun ini sudah terbebas dari kondisi pandemi COVID 19 jadi sangat wajar bila masyarakat menyikapinya dengan suka cita, termasuk belanja bahan makanan buat lebaran di pasar, maka kesibukan di pasar pun bertambah, tanpa terkecuali Pasar Tradisional Cileunyi.
Saya dan istri menjadi bagian dari ratusan orang yang belanja. Hiruk pikuk, lalu lalang pembeli dengan berbagai kebutuhan dan bawaan menjadikan suasana pasar tradisional terlihat padat.Â
Saking tidak ingin satu bagian motor ojeg yang terlewati maka seluruh bagian motor yang bisa digantungin belanjaan akan dicantelin belanjaan. Seolah motor pelaku sirkus penuh tumpangan tapi sangat lihai di jalan. Seru juga menyaksikan mereka berjibaku . Bagi saya ini penampilan mereka membuat sehat. Healing pertama, gratis, di pasar tradisional. He he he.
Padahal diselingi ngobrol, bahkan melayani pembeli. Kagum melihat tangan yang sigap dan terampil, menusukkan, menarik, dan menjepit sehingga daun kelapa saling mengikat dengan rapih. Luar biasa. Sayang terlupakan membuat videonya saking keenakan nonton. Ini pun healing gretong kedua loh.
Keterampilan turun temurun dari para orang tua di daerah yang diajarkan kepada keturunannya secara bijaksana sehingga anak keturunannya merasa bahagia mendapat ilmu membuat cangkang ketupat.
Sewaktu saya mulai kerja di Jakarta, mulai mengenal makanan ketupat di lebaran. Itu pun Ibu mertua yang buat. Saya, istri dan anak-anak tinggal makan saja. Ada tugas membuat makanan lain khusus ibu mertua. Apa itu ? Ya Marmer cake.
Kembali ke Bandung tahun 2004, menu ketupat lebaran sama seperti di Jakarta. Rasa rindu makan ketupat saat lebaran pun terbayar sudah karena di pasar tradisional Cileunyi banyak penjual cangkang ketupat.