Ada apa dengan mata uang Italia, apakah Corona lupa mampir di sana ataukah karena Euro memang gagah perkasa?
Ada yang sangat menarik. Mata uang Uni Emirat Arab atau Emirati Drirham (AED) sangat perkasa di luar USD (AS). Penurunannya sangat tidak signifikan, hanya (pembulatan) 0,001% saja.
Mengapa itu terjadi, apakah itu juga karena Covid-19 lupa hinggap di UEA. Padahal berdasarkan jumlah pengidap Corona telah mencapai 153 orang termasuk penderita terkini 13 orang dan yang tewas mencapai 2 orang.
Hong Kong malah bikin kita heran. Dalam periode sama HKD justru menguat dari tanggal 31/12/2019 7,79 terhadap 1 USD kini pada 23/3/2020 berada pada posisi 7,76, nyaris menguat namun memperlihatkan keperkasaan tiada tara,padahal jumlah terinfeksi mencapai 275 orang dan 4 orang telah meninggal.
Selain itu selama berbulan-bulan Hong Kong didera Demonstrasi melelahkan paling parah sedunia. Tapi pertanyaannya apakah Covid-19 lupa meliririk ke KHD?
Penurunan nilai mata uang terburuk adalah Meksiko (31%) dan Afrika Selatan (27%). Di seluruh Mexico jumlah orang terinveksi mencapai 164 orang dan kematian 1 orang.
Sedangkan di Afrika Selatan jumlah terinfeksi mencapai 240 orang termasuk yang baru terjangkit 35 orang dan belum ada dilaporkan yang meninggal.
Mungkin terburu-buru mengambil kesimpulan padahal masa inkubasinya Corona masih terjadi hingga beberapa lagi. Tetapi kesimpulan perlu diambil setidaknya per 23/3/2020 saat cut off data mata uang sejumlah negara di atas dibuat.
Atas dasar fakta dan situasi di atas kesimpulannya adalah :
- Virus Corona yang melanda sebuah negara TIDAK signifikan mempengaruhi jatuhnya nilai mata uang negara tersebut
- Jatuhnya nilai mata uang beberapa negara secara signifikan BUKAN akibat pengaruh corona tetapi akibat faktor lain terkait dengan aneka indikator ekonomi makro.
- Anjloknya Rupiah (IDR) tampaknya sederhana tetapi kejatuhannya adalah yang terburuk pasca kiris monter dan ekonomi 1998.
- Anjloknya IDR bukan disebabkan pengaruh negara tetangga mengambil keuntungan dalam kekacauan akibat Corona
- Anjloknya IDR tampaknya lebih disebabkan oleh pengambil keuntungan di dalam negeri yang sengaja mengambil keuntungan berdasarkan pengalaman krismon 1998.
- Pemerintah tidak kuasa menahan laju pengambil keuntungan tersebut karena di dalam sistem pemerintahan pun terdapat orang-orang yang ingin memanfaatkan peluang tersebut.
- Berdasarkan peluang masa kini dan pengalaman Jatuhnya Rupiah masa lampau tampaknya rupiah masih akan terkulai lemas hingga April 2020 nanti.
Atas dasar analisa di atas corona BUKAN faktor utama bikin rupiah merana tetapi para spekulan dan pengambil keuntungan dari dalam negeri sendiri termasuk pejabat-pejabat pemilik dana serta beberapa warga asing yang berada di Indonesia penyebab utamanya.
Semoga Corona tidak akan paksa ambil keuntungan dari orang-orang yang telah mengambil keuntungan dalam situasi sulit ini dan bikin kambing hitam seolah-olah Coronalah biang kerok rupiah merana.
abanggeutanyo