Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Aksi 21-22 Mei 2019 Layu Sebelum Berkembang

27 Mei 2019   09:57 Diperbarui: 27 Mei 2019   19:12 4728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Rebanas.Com. Diedit oleh Penulis

Aksi Reformasi yang terjadi pada 1998 adalah rangkaian dari beberapa peristiwa sebelumnya terutama adalah akibat krisis ekomomi dan moneter yang terjadi pada negara sejak 21 Juli 1997. 

Akumulasi dari rangkaian kondisi tersebut terbentuklah Gerakan Mahasiswa yang menuntut sejumlah tuntutan yang disebut "Agenda Reformasi." Hasilnya adalah lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 maka disebut (tulis) Aksi 21 Mei 1998.

Akan tetapi aksi itu pun tidak berhenti sampai di situ karena terus berlanjut pasca lengsernya Soeharto hingga masa pemerintahan Bj.Habibie. Gerakan mahasiswa mengawal semangat reformasi berlanjut hingga terjadi beberapa perisitwa yaitu Peristiwa Semanggi 1 (11-13 Nopember 1998) dan Peristiwa Semanggi 2 (24 September 1998) puncaknya saat Presiden BJ. Habibie juga dilengserkan.

Meski aksi Reformasi berhasil tapi hanya sebatas pada agenda reformasi. Di balik itu aksi Reformasi 21 Mei 1998 menyisakan sejumlah kekerasan dimana traumanya membekas sampai saat ini yaitu pelanggaran HAM oleh pihak ke 3 yang memanfaatkan kondisi.

Penjarahan, Pembunuhan, Pemerkosaan, Penistaan etnis dan tentu saja Pengrusakan dan memburuknya bidang ekonomi adalah dampak aksi tersebut beberapa bulan setelah itu bahkan ada yang menjadi trauma hingga saat ini.

Dua dekade kemudian yakni pada 21-22 Mei 2019 sekelompok orang (mengaku) pendukung pasangan calon Presiden nomor 02 yang kecewa dengan hasil pemilu coba memanfaatkan momentum semangat reformasi yang pernah membahana 21 tahun lalu. 

Memanfaatkan issu keagamaan, etnis, sisi pribadi negatif Presiden petahana (Jokowi) dan Kecurangan Pemilu tampaknya pendukung paslon 02 yang kabarnya (di Medsos) di back up lebih dari 224 organisasi masyarakat coba menggunakan momentum reformasi 1998. Mereka menggebrak dalam aksi 21 Mei 2019.  Sebagaimana kita ketahui aksi tersebut berjalan hingga 22 Mei 2019 malam dan masih tersisa sedikit-sedikit hingga saat ini riak-riaknya.

Dibandingkan aksi 21 Mei 1998 yang menimbulkan korban jiawa sangat banyak maka aksi 22 Mei 2019 jauh berkurang. Data Polda Metro Jaya menyebutkan aksi 21 Mei 1998 lalu  451 orang tewas dalam aksi Reformasi di Jakarta. Sedangkan di luar Jakarta jumlah korban tewas mencapai 33 orang.  Jadi total seluruhnya 482 orang.

Tapi jumlah korban yang banyak bukan tolok ukurnya karena satu jiwa pun sesungguhnya itu adalah manusia. Korban banyak berjatuhan bukanlah ukuran tapi hanya sebagai contoh perbandingan saja dalam artikel ini. Hingga saat ini jumlah korban jiwa aksi 22 Mei 2019 mencapai 8 orang dan 54 orang masih dalam perawatan. 

Gerakan mahasiswa dalam aksi reformasi 21 tahun silam (sekali lagi) telah berhasil mencapai satu sisi yakni agenda reformasi meski di sisi lain ternoda oleh pihak ketiga yang mendompleng aksi. Berbeda dengan aksi 22 Mei 2019 dapat dikatakan aksi kali garing alias tidak jadi atau layu sebelum berkembang. Mengapa hal ini bisa terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun