Ada orang. Mengaku paling berani melawan orang yang berbeda. Memprovokasi di mimbar-mimbar, ruangan. dunia maya, kelas, Atau manapun. Merasa paling benar, paling di depan. Selalu membawa tema satu itu. Dimanapun dan kapanpun. Kita bolehlah melawan, jika diperangi. Perang dilawan dengan perang. Tit for tat. Semuanya di jalannya masing-masing.
Pepatah Timur Tengah mengatakan, musuh yang cerdas lebih baik daripada teman yang jahil. Orang ini adalah teman, tetapi tidak bisa menempatkan pertemanan pada proporsinya. Dijadikan suatu dialektika kawan atau lawan di sesama teman. Sehingga lawannya banyak. Lawan yang banyak ini adalah silent community. Diam tetapi bukan berarti setuju. Diam karena malas melayani dialektika seorang teman yang jahil.
Musuh yang berakal tinggi atau cerdas. Sudah menggunakan tiga strategi. Teman yang jahil masih berkutat dengan isu yang sama dari sejak jaman lima tahun lalu. Generasi terus berubah, secara sosiologi dikenal gen X, gen Y, gen Z. Teman yang jahil masih melihat hitam putih jaman dahulu ketika kampungku masih belum ada lampu (listrik). Menggertak meja di forum ilmiah engkau lakukan. Menambah antipati dari kaum berakal. Mari berperang wahai pendekar. Perangi pengaruh Barat yang mengikis nasionalisme bangsa. Pengaruh luar yang meluluhlantakkan bangsa beragama ini. Pengaruh media massa yang mendominasi fikiran normal kita. Mari kita berperang.... tapi tanpa gertak meja dan sumpah serapah... karena kita warga merdeka.