Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Milih Jurusan Penentuan Garis Hidup?

22 Februari 2013   15:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:52 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13615463231911777049

Pemilihan jurusan saat kuliah bisa jadi merupakan hal yang meyita perhatian suangngatt serius. Karena pada saat itu pikiran berusaha berpikir keras tentang kemauan, keinginan, dan keadaan ekonomi yang menunjang bagi pilihan yang akan dipilih. Mayoritas orang memilih jurusan yang dipilihnya dengan senang hati, dan akhirnya berprofesi sesuai dengan bidang keahlian studinya. Banyak pihak yang menjadi pertimbangan dan minta dipertimbangkan, selain dari keinginan dari hati nurani sendiri.

Tapi, terdapat juga orang-orang yang sukses di bukan bidang studinya. Misalnya Chairul Tanjung sang konglomerat yang jurusannya adalah kedokteran, atau Tompi yang dokter dan juga penyanyi. Atau kita bisa mengambil hikmah dari commencement address-nya Steve Jobs di Stanford University, menceritakan tahun-tahun kehidupannya di lingkungan kampus seperti yang dapat dilihat di SINI, dunia kampus menjadi sumber bagi inspirasi dan idealisme.

[caption id="attachment_238036" align="alignnone" width="370" caption="Sumber foto: http://www.imcharmingyou.com"][/caption]

Jadi sebenarnya salah pilih jurusan bukanlah bencana. Karena manusia memiliki kecerdasan berganda, dengan berbagai kecerdasannya bisa mengembangkan berbagai potensi yang terpendam di dalam dirinya. Pilihlah jurusan yang benar-benar disukai, dan sesuai dengan kemampuan kita. Misalnya memiliki nilai raport yang terbaik di bidang keilmuan eksakta, maka memilih jurusan ilmu-ilmu kealaman akan lebih tepat. Suka dengan humaniora dan ilmu-ilmu sosial, maka lebih tepat di jurusan ilmu-ilmu sosial.

Ketika sekolah, dari SD sampai SMA, peranan guru sangat dominan. Namun ketika kuliah, kemandirian pembelajar menjadi sangat penting. Oleh karena itu, gaya belajar juga harus berubah. Belajar sebagaimana orang dewasa belajar. Menyiapkan masa depan dengan sungguh-sungguh.

Sekarang ini, muncul pekerjaan-pekerjaan baru, yang jenis pekerjaan tersebut belum muncul pada tahun – tahun sebelumnya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut ‘belum ada sekolahnya’. Maka menjadi penting bagi kita saat kuliah untuk membekali diri dengan berbagai kecakapan-kecakapan tertentu yang kita minati.

Belajar berorganisasi juga menjadi nilai tambah sebagai mahasiswa. Karena ketika kita terjun ke masyarakat, dan melakukan kesalahan, maka masyarakat akan menghukum kita seumur hidup. Tetapi dalam berorganisasi, kita belajar mengambil keputusan dan kalaupun salah akan diperbaiki oleh kawan berorganisasi. Belajar berorganisasi bisa di kegiatan organisasi kemahasiswaan intra kampus maupun yang ekstra kampus. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Satu lagi, dulu profesi guru merupakan pilihan terakhir. Daripada gak kerja, ngajar juga gak apa-apa dech! Sekarang tidak bisa lagi. Menjadi guru harus profesional, dalam artian tidak semua sarjana bisa menjadi guru. Bahkan sarjana pendidikan-pun, harus mengikuti Pendidikan Profesi lebih dahulu sebelum mengantongi “ijin mengajar” yaitu Sertifikat Guru Profesional yang terdaftar oleh negara. Kalau berminat dan berbakat menjadi guru, sejak sekarang bersiap-siap di jurusan yang sesuai.

Wuhan 2013/2/22

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun