Kredit Rumah adalah hal yang paling terjangkau bagi para pekerja kebanyakan. Beredar kabar bahwa kalau mengajukan kredit rumah lebih enakan dengan bank-bank syariah. Katanya bank-bank syariah memiliki suku bunga yang rendah dan memiliki banyak uang "nganggur".
Tentu saja kredit rumah memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu agar kita bisa berhasil memperoleh pinjaman dari bank. Agresifitas bank syariah juga cukup baik. Pagi telefon, siangnya saya sudah didatangi oleh bagian marketing sebuah bank syariah pelat merah. Siang itu juga dia menengok rumah yang akan saya beli secara kredit itu.
Bank bank memiliki kerjasama dengan lembaga pemerintah maupun lembaga swasta. Saat ini mereka begitu agresif memberikan fasilitas pinjaman kepada para pegawai negeri. Sedangkan instansi swasta dapat bekerjasama untuk memperoleh pinjaman tanpa agunan, dengan penjamin dari intansi swasta. Akhirnya para pekerja dapat kemudahan untuk meminjam untuk sebesar lima puluh juta rupiah ke bawah.
Harga rumah dan properti pada umumnya terus bertambah di Jakarta ini, dan mungkin juga di kota-kota besar lainnya. Bisnis perumahan menjadi pilihan investasi bagi masyarakat kelas menengah ke atas. Seorang rekan membeli rumah di Leuwinanggung seharga sembilanpuluh juta, beberapa tahun kemudian ia bisa menjual rumah tersebut seharga tiga ratus juta rupiah. Bisnis ini dilakukan oleh para pelaku ekonomi menengah ke atas.
Ada juga yang bermain di level perumahan kecil, hanya beberapa rumah tinggal. Beli tanah, buat gambar, kemudian jual. Saat terjual maka rumah akan segera dibangun, atau dengan skema lainnya. Keuntungan dari bisnis ini sangat lumayan, sehingga bisa menjadi alternatif pekerjaan. Bekerja di lembaga hanya sebagai sambilan, untuk pergaulan, sedangkan mencari uangnya adalah lewat properti, kos-kosan, kontrakan.
Sebagai kontraktor (penghuni kontrakan) di Jakarta, saya menjadi pengamat bagaimana ibu kos yang seorang pegawai instansi pemerintah bisa melebarkan sayapnya. Menambah jumlah kosan/kontrakan setiap tahun, dengan diversifikasi penghuninya. Lajang laki-laki, lajang perempuan, keluarga kecil, dan sebagainya. Bahkan saking lakunya, ibu kos ini mendatangkan seorang ustadz (dari Jawa Tengah/Timur?) untuk mengajarkan baca Al Qur'an kepada anak-anak penghuni kosannya. Tentu saja kita harus membayar biaya kepada pak ustadz itu. Ini terjadi pada empat tahun yang lalu.
Hidup di kontrakan adalah fenomena tersendiri di Jakarta ini. Ajang pergaulan dengan berbagai suku bangsa, adat istiadat, dan perilaku-perilaku yang lazim maupun tidak lazim. Keamanan menjadi pilihan dalam mencari kosan/kontrakan. Maling super canggih di Jakarta ini bisa menggondol motor dalam hitungan detik!!
Peredaran uang ibu kos ini disokong oleh perbankan yang sangat membantu dalam bisnisnya. Maka dari itu, setoran pembayaran ke ibu kos sangat tertib. Ada petugas yang khusus mengambil uang kos/kontakan. Kemudian dari uang itu diputar untuk membayar cicilan ke bank. Apabila tidak ada uang, maka penghuni bisa menghubungi ibu kos memveritahukan adanya keterlambatan pembayaran ;)
Di Jakarta dan sekitarnya ini, banyak kisah sukses di bisnis ini. Mereka yang pertama datang ke Jakarta hanyalah kos/kontrak di tempat yang sempit. Akhirnya ia bisa menjadi juragan kosan dengan ratusan "pintu".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI