Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Resolusi Idul Fitri

14 Mei 2021   11:24 Diperbarui: 14 Mei 2021   11:39 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bahwa sesungguhnya hidup ini misteri. Kita tidak pernah tahu ujung dan awal segala sesuatu. Dunia ini terus berubah dan kita tidak pernah bisa menebak dengan benar apa yang akan terjadi besok. Hari ini iedul fitri, Lebaran di1442 Hijriah. Tahun kedua masa pandemi. Seperti tahun lalu, tidak bisa berlebaran di tempat kediaman orangtua. Tahun lalu sholat ied di rumah, tahun ini sholat ied di Masjid Sekolah PKP. 

Dengan prokes tentunya. Tahun sebelumnya di rumah saja. Tahun ini lumayan banyak yang bersholat di masjid itu, motor mobil dan pejalan kaki menuju kesana di pagi yang syahdu itu. Tidak ada pembatasan jumlah, tetapi masyarakat juga menyelenggarakan di beberapa masjid atau mushola di lingkungan RT, jadi jumlah masih proporsional, dengan jaga jarak. 

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, demikian sebuah pepatah Arab menyatakan. Maka sudah barang tentu hari yang keramat ini, adalah ajang untuk meminta maaf dan memaafkan. Tuhan memberi jiwa untuk membakar ramadh , di bulan ini, ditambah dengan 6 hari di bulan Syawwal, puasa sunat. Twibon berseliweran, foto keluarga atau foto pribadi dikirim ke teman dan kerabat. Lalulintas media sosial cukup intensif selama merayakan Raya (dalam istilah melayu Malaysia). Semoga dimaafkan segala salah kata, salah ketik, dan salah - salah lainnya. Karena tidak ada yang luput dari kesalahan, kecuali Sang Nabi, yang mendapat perlindungan, sehingga menjadi 'Al Ma'sum' terjaga dari dosa perdosa.

Semoga kita bisa berevolusi menjadi lebih baik, setelah pembakaran ini, bukan sekedar tobat "sambal". Ramadan sekedar perpindahan lifestyle, dan kemudian kembali ke pola lama. Atau jangan-jangan kita hanya memindahkan waktu makan. Pendakwah di tivi, menasihatkan agar dampak ramadan mewujud. Shalat malam, berempati kepada yang sering kelaparan, serta mengeluarkan zakat sebagai pembersih dari harta yang kita miliki.

Putih seputih salju, walau mungkin hati kita ini sudah tercemari. Kita upayakan memaafkan dan meminta maaf. Berserah kepada yang Maha Kuasa. Semoga di sisa umur ini, bisa berbuat baik, lebih baik, dan lebih baik lagi.

Berdoa semoga 'main hape' tidak melalaikan kita dari kerja profesional. Menjauhi 'gibah modern' dalam bentuk sharing sebelum saring. Fokus kepada yang harus difokuskan yaitu berjuang meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat secara simultan. Menata diri lebih baik dan lebih baik lagi. Mencari makna hidup yang lebih baik dan lebih baik lagi. 

Satu musuh terlalu banyak, seribu teman masih kurang. Pererat silaturahim sesama manusia dan mencari keramat pada orang tua. Beberapa tayangan di waktu sahur, memperlihatkan adanya orang yang mencari keramat kepada ajaran nenek moyang seperti "buhun", akhirnya pada badannya ditunggangi berbagai macam jin yang muslim dan yang kafir. Karena berdoa dengan niatan yang tidak bertauhid, tetapi niat lainnya yang melenceng dari ajaran agama. Sesungguhnya dengan berdzikir, maka hati akan tenang (muthmainnah). Sesungguhnya mereka akan memperdayai manusia dengan berbagai cara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun