Iedul Fitri identik dengan hari kemenangan, merayakannya dengan khusyuk bagaimanapun kualitas puasa kita. Menurut "ajengan" (pemuka agama) ada 3 kategori puasa, puasa umum, puasa khusus, dan puasa khususil khusus. Puasa orang kebanyakan hanyalah menahan lapar dan haus. Puasa khusus memiliki indikator yang lebih dari itu. Bagaimanapun, puasa adalah ibadah yang Allah sendiri yang langsung memberikan balasannya. Karena kualitas puasa seseorang dibalas olehNya secara langsung.
Tantangan semakin berat, tapi tetaplah bermental pemenang. Pada puasa dan kehidupan seseorang sesungguhnya selalu diberi ujian. Ujian dengan ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta dan jiwa. Bahkan banyak harta dan anak juga berupa ujian dariNya. Maka kita harus bawa spirit Ramadhan ke kehidupan di Syawwal, agar mental juara menyertai. Tidak ada rasa dendam, iri, sakit hati dan aspek negatif lainnya. Karena kita harus naik kelas pasca bulan puasa. Bersedekah dengan senyuman paling tidak. Berusaha keras untuk menjadi lebih baik, misalnya dengan mendekati orang-orang shaleh serta menjadikan masjid sebagai pusat harmoni kemanusiaan.
Setiap orang punya "speed" masing-masing, jadilah kodok tuli yang mendaki gunung tertinggi. Jangan mau dibanding-bandingkan dan membanding-bandingkan. Berjalanlah pada jalan sendiri dan perbanyak jejaring (networking) dan berusaha keras, di atas rata-rata. Seperti cerita kodok tuli perlu ditiru. Kodok konon bisa mendaki gunung tertinggi padahal ia tuli. Karena dengan ketuliannya ia mengabaikan cemoohan atau pujian dari kodok/binatang lain yang bisa membuat down atau bahkan membuat seseorang menjadi sombong, takabbur.
Grow up! wisely, kedewasaan harus ada, dan tidak berbanding lurus dengan umur! Saat ini mungkin akan ada keseimbangan baru dalam hidup. Seperti tuitan sarkastis Trump membawa angin baru pola pergaulan politik dunia. Jangan lawan ketidakdewasaan dengan perilaku yang senada. Mudah-mudahan sesudah bulan puasa semua permasalahan baru bisa disikapi dengan lebih bijak.