Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Awal Mula Perpecahan Umat, Akar Sejarah Konflik Sunni -- Syiah dan Bagaimana Kita Bersikap terhadap Hal Itu?

14 Mei 2022   18:15 Diperbarui: 14 Mei 2022   18:27 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akar perang saudara pertama dapat ditelusuri kembali ke pembunuhan khalifah kedua, Umar bin Khattab. Sebelum meninggal karena luka-lukanya, Umar membentuk dewan beranggotakan enam orang, yang akhirnya memilih Utsman bin Affan sebagai khalifah berikutnya. 

Selama tahun-tahun terakhir kekhalifahan Utsman, dia dituduh melakukan nepotisme. Desas desus fitnah itu digaungkan oleh pembenci Islam untuk memperokporandakan persatuan Islam dengan menuduh para Amirul mukminin bersikap tidak adil pun berhasil. 

Khalifah Usman bin Affan dan akhirnya dibunuh pada tahun 656 tanpa bukti bahwa beliau bersalah. Apalagi ini juga menyangkut kekuasaan dan politik sehingga umat Islam yang notabene mempunyai fraksi-fraksi bisa dengan mudah dipecah belah.

Setelah pembunuhan Utsman, Ali bin Abu Tholib terpilih sebagai khalifah keempat. Para pembenci Islam lagi -lagi menghembuskan propaganda, fitnah dan memprovokasi sesama Umat Islam. Puncaknya adalah Aisyah, Thalhah, dan Zubair atas desakan para pengikutnya yang telah disusupi propaganda akhirnya melawan Ali bin Abu Tholib. 

Perang ini kemudian dikenal sebagai Perang Jamal dimana pemenang dipihak Ali bin Abu Tholib. Para Umat Islam dalam hal ini kebingungan dan bersedih. Perang sesama Umat Islam menjadi goresan luka yang menyayat hati karena mereka harus melawan sahabatnya sendiri.

Islam ketika itu menjadi semakin terpecah belah lagi tatkala Muawiyyah gubernur di Suriah menyatakan diri melawan kepemimpinan dari Ali bin Abu Tholib sebagai Amirul Mukminin dengan dalih membalas kematian Usman bin Affan. Kelak Muawiyyah inilah yang merubah pergantian Kepemimpinan Umat Islam dari jalur musyawarah ke jalur dinasti kekhilafahan ( Khalifah umayyah ). 

Jika diibaratkan hari ini seperti Gubernur menentang dan mencoba menggulingkan presiden untuk kemudian mengambil alih. Lagi -- lagi ini ada unsur kekuasaan Umat Islam. Dan lagi-lagi Umat Islam dipecahbelah gara-gara politik. Dan lagi-lagi para provokasi dan pembenci Umat Islam yang tidak suka Umat Islam bersatu inilah biang masalahnya.

Di era ini perang sudah besar. Bukan perang kecil lagi sebagaimana perang Jamal sebab sudah membesar ke daerah Suriah. Kedua pihak akhirnya berperang dalam Pertempuran Siffin pada Juli 657. Pertempuran ini berakhir dengan jalan buntu tidak ada hasil. 

Umat Islam terombang ambing diantara dua kepemimpinan. Para Sahabat mencoba mendamaikan umat Islam yang sudah banyak jumlahnya tapi itu tidak cukup sebab nyatanya provokasi, desas desus dan adudomba terus digaungkan.

Di era ini kemudian muncul apa yang kita sebut Kaum Khawarij. Kaum Khawarij adalah orang yang rajin sekali beribadah namun minim keilmuan jiwa. Khawarij kemudian seolah-olah mewajibkan yang sunah dan mengharamkan yang mubah. Ini bisajadi berasal dari klaim kesolehan pribadi yang dibawa ke hukum Allah dan ketika ia merasa yang dilakukannya sesuai hukum Allah lalu ia merasa berhak mendikte dan menyalahkan orang lain. 

Ia membawa hukum Allah untuk mengadili orang lain dan memvonis orang lain sebagai kafir dan sesat sehingga halal darahnya. Cikal bakal ini yang dibawa oleh para teroris berkedok Agama. Dengan dalih ini kaum Khawarij menyatakan bahwa Muawiyyah ( Gubernur Suriah ), Amr bin Ash ( Gubernur Mesir ) dan Ali bin Abu Tholib ( Amirul Mukminin) dinyatakan sesat dan kafir serta halal darahnya. Mereka sepakat untuk membunuh Muawiyyah, Amr bin Ash dan Ali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun