Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Muslimah Diperintahkan untuk Memakai Jilbab?

18 Januari 2022   17:44 Diperbarui: 18 Januari 2022   17:52 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejarah awal mula diperintahkan untuk berjilbab bagi muslimah adalah supaya perempuan muslimah mudah dikenali masyarakat sebagai tanda bahwa ia menolak perzinaan sebab era itu ada pakaian yang menunjukan bahwa perempuan mau berzina. Jilbab di era itu menjadi pembeda sekaligus solusi muslimah menjaga martabat dan harga dirinya. Artinya tujuan jilbab yang pokok adalah ia menolak perzinaan.

Tujuan pokok ini tampaknya sudah mulai luntur atau bahkan bisajadi hilang sebab ada saja perempuan yang berjilbab tapi mau diajak berzina maka perlu kiranya kita kembali ke kesadaran awal tujuan berjilbab yakni menolak perzinaan.

Jika kita bicara perzinaan maka akan ada perdebatan siapa yang salah. Apakah laki-laki ataukah perempuan? Padahal jawabannya ada dikeduanya. Laki-laki yang matanya jelalatan akan melihat perempuan cantik berjilbab dan yang tidak berjilbab sama saja, ia nafsuan. Disini jelas problemnya di laki-laki. Sedangkan bagi perempuan urusannya adalah ia mau berjilbab atau tidak. Jika ia berjilbab  hendaknya ia sadar  jilbab sebagai pernyataan tak tertulis bahwa ia menolak perzinaan. Maka jawaban dari pernyataan diatas adalah keduanya punya tanggungjawabnya masing-masing. Artinya laki-laki harus bisa menjaga pandangannya dan wanita juga harus berjilbab sebagai tanda ia menolak perzinaan. Inilah keselarasan.

Setelah kita sadar bahwa tujuan pokok dari jilbab adalah muslimah menolak perzinaan maka selanjutnya perempuan muslimah yang bertaqwa ( digambarkan di Surat Al Ahzab : 32 ) adalah perempuan yang tidak gampang bicara halus dengan lelaki lain ( bukan suaminya ) dan sebaiknya judes ke lelaki lain karena ditakutkan kalau bicara halus atau sopan, lelaki lain yang punya penyakit hati malah menanggapinya dengan nafsu dan justru salah tangkap.

Misalnya ada orang lelaki bertanya ke perempuan. Rumah Si A dimana? Perempuan ini karena kurang ilmu dan dikira harus sopan maka ia bicara halus. 'Mari mas saya antar ke rumah Si A. Tentu lelaki akan aktif nafsunya dikira perempuan ini mau dengannya. Jadi bicara yang baik sekedarnya saja dan judeslah pada lelaki yang bukan suami itulah tanda perempuan yang taqwa. Harusnya pertanyaannya tadi di jawab. "Bapak belok kanan lalu maju belok kiri nanti tanya lagi orang disana" dengan mimik yang tidak senyum alias biasa saja.

Fenomena umumnya di kita, perempuan yang baik itu harus sopan, lugu, murah senyum dll padahal tidak semua sopan itu baik juga tidak semua senyum itu baik. Contohnya senyumnya PSK jelas tidak baik atau sopannya PSK pada mangsanya juga pasti tidak baik. Artinya perempuan harus pandai-pandai menjaga sikap kapan ia harus tersenyum dan kapan ia harus judes.

Semoga saja para muslimah ketika mereka berjilbab muncul kesadaran bahwa jilbab itu simbol menolak perzinaan dan ia tidak akan bicara terlalu sopan kepada laki-laki lain yang bukan suaminya. Maka dalam konteks ini judes ke yang bukan suaminya sudah tepat karena ia menjaga martabat dirinya dan keluarganya. Tetapi judes disini bukan berarti bicara kasar sebab perintah untuk berbicara baik itu ada sehingga makna judes disini adalah sebisa mungkin jangan sampai ucapan yang sopan malah berbuah salah tangkap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun