Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Covid-19 dan Spekulasi Kematian

4 Juli 2021   10:52 Diperbarui: 4 Juli 2021   10:56 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ada Si A yang dikenal dzolim pada orang lain, dikenal tidak adil pada bawahannya dan mayoritas banyak yang membencinya itu kini meninggal dunia. Kalah perang melawan Covid19. Padahal si A ini kaya raya, sahamnya banyak dan jadi satgas Covid19 pula. Semua yang ia kumpulkan tidak ada gunanya. Ia meninggal dunia sementara orang lain pura-pura berduka padahal di sanubari mereka tertawa dan mensyukuri.

Saya sendiri tidak berani seperti itu.  Menurut banyak orang memang si A itu tidak adil dan dzolim tetapi saya tidak tahu 100% kehidupannya jadi saya dalam posisi mendoakan saja. Semoga Tuhan mengampuni kesalahannya.

Di lain waktu, ada Si B yang baik orangnya. Ibadah sholatnya rajin. Murah senyum pada orang lain itu meninggal dunia. Maka banyak yang sedih atas kepergiannya. Banyak yang murung dan terluka jiwanya karena orang sebaik dirinya malah diambil sama Tuhan.

Ya. Saya sendiri tidak bisa berspekulasi dengan kematian. Ada orang baik meninggal dunia itu pasti karena Allah sayang padanya. Ada orang jahat meninggal dunia itu juga Allah sayang padanya akhirnya Allah menghentikan sifat jahatnya.

Semua anggapan baik dan jahat pada orang lain itu dalam taraf gejala spekulasi kita saja. Itu bukan kebenaran yang sejati. Boleh jadi baik menurut kita tapi buruk menurut Allah. Sebaliknya boleh jadi buruk menurut kita tapi baik menurut Allah. Maka dari itu kita harus berusaha husnudhon pada orang lain karena pasti kita tidak tahu secara detail kehidupan orang lain.

Dari kejadian gejala spekulasi itu saya teringat syair Bahasa Arab yang biasanya digaungkan Alm. Gus Dur :

"Waladatka ummuka ya ibna Adama baakiya, Wa  An Nashu haulaka yad-hakuuna suruura, Fahris linafsika an takuuna idza bakau fi yaumi mautika dhahikan masrura"

"Wahai anak Adam, Ibumu telah melahirkanmu dalam keadaan engkau menangis, sementara orang-orang disekitarmu tertawa gembira, Maka berusahalah untuk dirimu, agar saat orang-orang disekitarmu menangis di hari kematianmu, Engkau dalam keadaan tersenyum gembira"

Orang menangisi kepergian kita tentu karena kebaikan kita di dunia, sifat penyayang kita pada sesama dan keperdulian kita pada orang lain. Sebaliknya orang menertawai bahkan mensyukuri kepergian kita tentu karena sifat jahat dan sifat buruk kita pada orang lain. Maka buatlah seperti syair itu. Orang-orang disekitarmu menangisi kematianmu sedangkan engkau dalam keadaan tersenyum gembira.

Semoga kita semua bisa istikomah di jalan kebaikan dan kebenaran. Aamin

Purwakarta, 4 Juli 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun