Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perlunya Revisi UU ITE dan Rasisme Menantang Tuhan

21 Agustus 2019   01:08 Diperbarui: 21 Agustus 2019   01:21 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah kita benar-benar merasa Indonesia ? Apakah kita sudah meneladani makna Indonesia? Apakah kita sudah mendalami makna Bhineka tunggal ika? Makna kesetaraan seluruh rakyat Indonesia? Saya mengajak semuanya berfikir ulang tentang KeIndonesiaan kita. Jangan-jangan kita hanya membanggakan status kita atau pangkat kita atau ormas kita tetapi lupa bahwa kita masih dinaungi Garuda Pancasila. Jangan-jangan diam-diam di hati kita ada rasa unggul daripada yang lainnya. Indonesia itu rumah kita. Rumah yang mengajarkan kita keseyaraan, kebersamaan dan kemerdekaan .

Kasus rasisme yang terjadi pada Orang Papua sungguh memilukan kita bersama. Kok ya sampai terjadi? Kok ya tega bilang saudara sendiri sebagai monyet? Kok ya berani menghina ciptaan Tuhan. Kalaupun misalnya ada perilaku yang salah pun kita tidak dibenarkan berlaku rasis macam itu, kan? Apalagi jika hal itu masih sekedar simpang siur dan berita angin lalu. Mbok yo musyarawarah dulu... Mbok yo tabayun dulu.. Sungguh pilu dan miris, kan? Dimana kebhinekaan yang selama ini kita banggakan jika kita masih saja rasis dan merasa superior?

Apalagi sekarang seolah berita akan diusut dari akibat ke sebab. Bukankah kemarahan yang terjadi di Manokwari itu adalah akibat? Bukankah kejadian rasis itulah yang sebab? Mengapa kita tidak berangkat dari sebab ke akibat. Kalau mau mematikan listrik bukankah harus dari asal usulnya dulu. Saklarnya dimatikan atau sikringnya dimatikan. Kalau langsung mengambil lampunya malah bisa jadi bahaya, kan? Harus runtut dan urut dari sebab ke akibat. Dari perilaku rasisnya ditangkap baru kemudian kerusuhan ditangkap. Jadi lebih asil dan obyektif.

Rasanya sekarang kita semua harus sadar bareng-bareng bahwa UU ITE memang perlu direvisi dan diperbaiki supaya keadilan ditegakan seadil-adilnya dan tidak menjadi alat seolah "hukum tajam ke atas namun runcing ke bawah" atau "tajam ke lawan namun tumpul ke kawan". UU ITE sudah menjadi karet yang mematikan dan semestinya direvisi bilaperlu dihapus.

Kita semua ingin keadilan dan kesetaraan. Kita semua juga ingin Indonesia dinikmati ke seluruh Rakyat Indonesia. Indonesia memang butuh pembangunan namun Indonesia lebih butuh pemerataan. Sedangkan pemerataan setiap daerah tidak mesti lewat pembangunan sebab setiap daerah punya kekhasan masing-masing.

Bebek biarlah jadi bebek, Ayam biarlah jadi ayam jangan sampai ayam disuruh seperti bebek. Sesederhana itu kita bicara kebinekaan. Orang Papua juga Orang Indonesia biarlah ia jadi Orang Papua dengan segala kekhasan dan keunikannya. Begitu pula Orang Jawa, Batak, Sunda dsb semua punya ciri khasnya masing-masing dan semestinya kita hargai hal itu. Bukankah pelangi menjadi indah karena banyak warna ?

"Lebih terhormat mana. Monyet cari ilmu di rumah manusia atau Manusia cari makan di rumah monyet" Boas Solosa

Kita masih ingin Papua berada di tangan Indonesia namun jangan jadikan Papua anak tiri. Apa jangan-jangan kaum elite memang jelas menolak hal itu karena gunung emas mereka masih banyak. Bersembunyi dalam rumah Indonesia untuk mengeruk kekayaan Papua. Entahlah.

Sungguh Dilema dan nestapa. Semoga keadilan akan turun di Papua. Semoga para elit di Negri ini mau berbenah diri dan mau mengakui bahwa kita semua ciptaan Tuhan dan mau adil bijaksana menyikapi kasus ini.

Ingatlah wahai para elit bangsa bahwa kita ini semua sama dimata Tuhan sebab Tuhan tidak menilai wajah, bentuk tubuh atau fisik tetapi Tuhan menilai kelakuan kita. Tuhan menilai perbuatan kita! Lalu mengapa kita berani menantang Tuhan dengan menghina ciptaanNya? Sudahi rasis dan minta maaflah pada Rakyat Papua wahai yang bersalah. Begitupun Rakyat Papua semoga legowo dan mau memaafkan. Harus minta maaf dulu baru dimaafkan. Harus sebab dulu yang diurus baru akibat diurus kemudian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun