Mohon tunggu...
Alex Pandang
Alex Pandang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Kecil dari Mandahu

18 Oktober 2018   12:20 Diperbarui: 14 Mei 2019   15:28 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dahulu kira-kira awal tahun dua ribu empat belas. Saya dan beberapa rekan kerja satu tim. Berinisiatif membuat sebuah kreatifitas diluar pekerjaan utama kami. Namanya "Gereja Bersama". Ide ini sangat sederhana namun unik dan dijamin menarik. Awalnya kami pikir sekalian bisa jalan-jalan menjelajahi daratan pulau Sumba yang indah. Belakangan pulau ini dinobatkan sebagai salah satu pulau terindah oleh sebuah majalah populer di Eropa. Kebetulan, wilayah dampingan kerja kami ada di sebelas kecamatan dan empat puluh empat desa. Kami sangat berharap kreatifitas kecil ini tidak saja menarik bagi kami para jomblo-jomblo bahagia saat itu, namun lebih dari itu kami ingin kegiatan ini punya dampak sosial bagi kami pribadi juga orang-orang yang kami kunjungi.

Setelah beberapa kali melewati rapat kecil, akhirnya kami bersepakat bahwa kegiatan ini harus didasari oleh rasa kasih dan kemanusiaan. Disamping itu, melatih serta menumbuhkan kepedulian diri kami masing-masing. Tidak ada unsur paksaan, apalagi embel-embel lain. Siapa saja teman kami dari luar komunitas juga boleh ikut.

Konsep yang kami buat sangat sederhana. Setiap bulan kami wajib memilih sebuah gereja (boleh ranting, cabang, pos PI, intinya gereja). Mengapa Gereja? sebab pulau ini mayoritas penduduknya memeluk agama Nasrani. Gereja yang ditentukan adalah yang letaknya benar-benar jauh dan jarang tersentuh oleh pelayanan apapun di wilayah salah satu teman yang kami pilih lewat musyawarah mufakat😁(cie kayak rapat DPR wae!).

Kunjungan itu tujuannya mutlak untuk berbagi hal-hal sederhana dengan warga gereja yang ada di dalamnya (bisa jemaat atau anak sekolah minggu). Yang akan kami bagikan nanti bisa berupa ilmu pengetahuan atau pun materi berupa pakaian bekas layak pakai, buku-buku bacaan anak, alat tulis menulis, senter, lampu belajar, baterei dll. Intinya apa saja yang mau dibagikan secara sukarela dari apa yang masing-masing kami miliki dan kami tahu itu bisa bermanfaat bagi mereka. Namun jika ada yang punya berkat lebih berupa uang, kami sepakat itu hanya boleh diberikan sebagai persembahan pada gereja atau sekolah di wilayah itu.

Kesepakatan itu juga mengatur bahwa setiap teman yang ingin bergabung wajib datang sehari sebelum hari Minggu di lokasi yang terpilih itu. Juga wajib tinggal di rumah salah satu keluarga yang sebelumnya sudah dipilih secara acak satu minggu sebelum kegiatan dilakukan. Tentu yang memilih adalah teman kami yang bertanggung jawab pada wilayah itu. Tujuannya jelas. Agar pelayanan ini tidak memberatkan warga dan juga kami secara pribadi (mengingat rata-rata kami semua hanya punya penghasilan yang pas-pasan) sebab jika semua peserta menginap hanya pada satu rumah tertentu saja maka akan menambah beban mereka.

Jadi tidak perlu repot. Cukup kami tahu rumah mana yang akan kami tuju. Tinggal datang, perkenalkan diri lalu nginap disitu. Syaratnya cuma satu setiap peserta tidak boleh bertindak seperti tamu besar yang sering dipertontonkan oleh tamu-tamu pejabat pada umumnya (padahal kami memang bukan pejabat😁😂).

Harga mati bagi kami untuk saat datang wajib membawa beras, kopi, gula, juga sirih pinang seadanya. Sirih pinang adalah simbol persahabatan dan kekeluargaan bagi masyarakat Sumba. Tuan rumah tentu tak boleh direpotkan. Namun harus kami tunjukan bahwa segala bekal yang kami bawa adalah murni bentuk silaturahmi, sehingga tuan rumah tidak merasa tersinggung dan merasa diri mereka kaum yang miskin. Satu lagi aturan wajib yang harus kami lakukan adalah turut serta bantu-bantu semua pekerjaan sehari-hari mereka (cari kayu, timba air dll) selama sehari nginap di tempat mereka. Sekali lagi inilah the real blusukan! Yang kami impikan. Jadi kemudian sewaktu kami melihat acara di TV, Pak Jokowi melakukan blusukan kami tertawa terbahak-bahak, sebab kami sudah melewati bahkan sebelum istilah blusukan itu ada😁.

Keesokan harinya barulah kami menjalankan misi bergereja bersama-sama mereka. Kegiatan ini sangat menantang hati nurani saya dan juga tema-teman. Setiap bulan kami selalu antusias menunggu wilayah mana yang akan dituju.

***

Singkat kata kegiatan uji nyali ini, berjalan dengan baik selama beberapa tahun. Kami akhirnya bisa berkeliling ke berbagai tempat yang benar-benar luar biasa, baik itu menikmati lika-liku jalan pedesaan yang rusak minta ampun atau juga menikmati pemandangan alamnya yang super duper hits. Perjalanan demi perjalanan menyuguhkan kecantikan dan daya tarik yang benar-benar memikat jiwa!

Kami akhirnya menjejakan kaki pada tempat-tempat yang sebelumnya tidak pernah kami tahu sebagai "Orang Kota." Kebetulan mayoritas kegiatan ini kami lakukan di wilayah selatan Sumba Timur (Pinupahar-Tabundung-Kahali).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun