Mohon tunggu...
Muh Sulaiman Dadiono
Muh Sulaiman Dadiono Mohon Tunggu... Dosen - Seseorang yang hanya mencurahkan keluh kesahnya

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nelayan Kita Miskin, Siapa Bilang?

13 Februari 2021   11:22 Diperbarui: 19 Februari 2021   09:23 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kapal nelayan yang sedang berlabuh(sumber : dok pribadi)

Sudah tidak asing lagi kalau negara tercinta kita ini terkenal akan kekayaan alamnya yang luar biasa bahkan negara-negara asing berlomba-lomba ingin mengeruk kekayaan kita baik kekayaan tambang, hutan dan kekayaan laut kita lewat berbagai jenis corporatnya. Kalau membahas kekayaan alam negara ini saya teringat salah satu lirik dari lagu koes bersaudara atau koes plus yang bunyinya “ bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu, tiada badai tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu” dari lirik ini saja sudah sangat menggambarkan betapa kayanya negeri kita ini khususnya sumberdaya alam lautnya yang diumpamakan kita diam saja pun ikan dan udang akan datang menghampiri, sungguh penggambaran yang luar biasa.

Setelah kita tahu betapa kayanya sumberdaya laut kita apakah kita masih bisa berpikir nelayan di negeri ini miskin? Seharusnya tidak tapi data dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat kesejahteraan nelayan kita termasuk rendah walaupun ada juga beberapa penelitian yang menyebutkan kesejahteraan nelayan di daerah tertentu termasuk tinggi tapi ini hanya sebagian kecil. Yang jadi pertanyaan kenapa tingkat kesejahteraan nelayan rendah sedangkan SDA laut kita melimpah, masalah tersebut dapat dilihat dari berbagai faktor dengan sudut pandang berbeda. Pada tulisan ini saya akan lebih fokus pada aspek sosial ekonomi para nelayan, saya lebih menyoroti aspek sosial ekonomi nelayan karena faktor ini saya anggap sebagai faktor yang paling “krusial” atau yang paling menentukan. 

Berdasarkan pengamatan saya tentang sosial ekonomi nelayan terutama untuk wilayah jawa timur khususnya Kabupaten Malang selatan dimana para nelayan di daerah tersebut setiap kali berlabuh kedaratan hasil yang dibawa tidaklah sedikit, bahkan saat saya melakukan wawancara dengan nelayan disana mereka mengatakan dalam sekali berlabuh hasilnya bisa untuk membeli sepeda motor baru secara cast, perlu diketahui nelayan di daerah itu saat pergi melaut bisa sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Tapi kenapa tingkat kesejahteraan mereka tergolong rendah, ternyata faktor sosial ekonomi merekalah yang berpengaruh disini dimana saat para nelayan berlabuh dan menjual hasil tangkapan sebagian besar dari mereka akan langsung membelanjakannya ada yang digunakan untuk membeli sepeda motor dan bersenang-senang bahkan disana ada sebuah tempat yang difungsikan seperti diskotik khusus nelayan. Kebanyakan para nelayan ini tidak mementingkan faktor pendidikan, padahal pendidikan ini dapat merubah pola pikir mereka dan seharusnya dapat merubah keadaan sosial ekonomi nelayan agar lebih baik, bahkan suatu saat saya pernah mensosialisasikan biayasiswa gratis yang dihususkan kepada anak-anak nelayan di pinggiran kota Gresik tetapi jawaban mereka sungguh mengejutkan mereka lebih memilih bekerja apapun dari pada kuliah walau gratis sekalipun.

Maka dapat saya simpulkan tugas terberat negara ini untuk mensejahterakan nelayan selain dengan bantuan-bantuan yang diberikan dan aturan-aturan yang memudahkan nelayan adalah merubah pola pikir nelayan kita, tentunya tugas ini bukan hanya tugas negara tetapi juga merupakan tugas kita semua.

Oleh Muh. Sulaiman Dadiono, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman

Note : tulisan ini berdasarkan opini dan pengalaman penulis pribadi jika ada perbedaan merupakan sesuatu hal yang wajar yang membuat bangsa ini kuat. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun