Mohon tunggu...
Ignatius Sunu
Ignatius Sunu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suatu Keinginan

13 Februari 2017   20:12 Diperbarui: 13 Februari 2017   20:51 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seiring waktu menjelajah, manusia kian berevolusi. Meluapnya keiinginan, melahap sejarah di tangannya, dan Bhineka Tunggal Ika kini hanyalah sebatas tinta diatas air.

Sadar akan pentingnya pluralisme?, tetapi mereka hanya menabraknya layaknya tembok tanpa arti, hausnya kekuasaan dan harta?, ia membenarkan semua usaha yang dilakukannya. Menyalahgunakan kekuasaan ialah tujuan ahkirnya, demi kepusaan daging yang luput dari arti manusiawi. Sekilas tanah airku yang telah lama merdeka dan kembali pada era zaman batu, ketika kekuatan mengalahkan kekuatan dengan nama Tuhan di atas senjatannya. 

Masihkah kita memperdebatkannya? Ataukah hanya sebatas propaganda yang membabi buta? 

Potensi suatu perbedaan ialah besar, ketika para visionerpun tak takut melihat kehebatannya di tengah derasnya tragedi perang, menghasilkan suatu semboyan pancasila dalam dada mereka. Ras? Agama? Tentu bukan lagi menjadi alasannya, terlalu tua Negara kita untuk masih membahasnya. 

Perbedaan,apakah masih menjadi hal yang pantas diperbincangkan ? Sudah terlalu bosan untuk para leluhur kita mengulang perkataannya,dan kerasnya kepala menjadi salah satu penyebabnya

Sikap egoisme membutakan segala perspektif-perspektif yang telah menjadi dasar, suatu keserakahan menyakininya sebagai senjata. Status sosial hingga jabatanpun diperebutkan olehnya, Berbagai macam insiden telah menjadi ajarannya, tragedy G30S/PKI,Mei 1998? Hanyalah sebuah tulisan, terapampang dalam jutaan darah pahlawan. Sadar? Hanyalah pertanyaan tanpa aksi.

Pikiran yang terbuka, mengajarkan dimana segala pola pikir manusia yang berbeda dapat diterima menjadi satu, sebab manusia secara kodratnya merupakan mahluk sosial, tak dapat berdiri sendiri dalam luasnya dunia yang penuh akan perbedaan. Sikap individualism, keserakahan, egoism, merupakan suatu contoh yang menggelapkan perspektif kita, untuk melakukan hal-hal yang dalam batin kita tahu itu salah. Perbedaan  menjadi sarana untuk melengkapi jiwa dan raga kita, menjadikan perbedaan ideologi sebagai paham yang baru untuk mewujudkan aksti nyata dengan rasa saling percaya di antaranya.

Namun bukan hanyalah sebatas tong kosong, tekad dan keberanian ialah kunci utama untuk melakukan sebuah aksi, Merasa puas? Diantara milliaran jiwa yang hidup, masih berpikir anda sendirian? Masihkah kita bersikap primitif? Ataukah kita mahlukyang berpikir rasional, yang mampu melawan keinginan dagingnya?

Sudahlama Indonesia berdiri dalam jayanya perbedaan, tapi masihkah kita ingin menghapusnya dalam naungan Sang Merah Putih?

#Bersamamerawatperbedaan 

#AMDG

Sunu, umur (16)

SMA Kolese Kanisius

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun