Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... -

Berjuang!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rieke Politisi Senayan, Berjuang Bersama Rakyat & Terus Merakyat!

28 Oktober 2014   03:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:30 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Iwan Setiawan*

SIAPA yang tak mengenal sosok Rieke, lima tahunan terakhir ini dikenal gigih di medan juang membela kepentingan rakyat. Di ruang kerjanya, di Komisi IX DPR RI yang membidangi Ketenagakerjaan & Kesehatan, Rieke tak segan membuka argumentasi dan perdebatan yang dinilainya patut bersuara keras. Dialah Rieke Diah Pitaloka, bukan hanya bersuara lantang, Ia selalu berangkat pada konstitusi, berbasis data, dan prespektif yang digunakannya, bermuara atas kepentingan massa luas.

Periode 2009-2014, Rieke berlaga di poros politik parlemen. Salah satu poros politik nasional, selain Istana Negara yang amat berpengaruh terhadap apapun geliat perkembangan kebijakan politik di negeri ini. Ia tak ragu berseberangan, terkadang membikin kernyit di dahi setiap lawan bicaranya. Tak terkecuali Menteri terkait yang berhubungan dalam Ruang Sidang Komisi IX DPR RI.

Sidang Paripurna DPR RI yang berjumlah 560 kursi, jadi saksi hujan interupsi, dan salah satunya sering dimotori Rieke, ketika menyuarakan posisi politiknya. Mulai dari issue penolakan kenaikan harga BBM, perjuangan hak dan keadilan buruh, buruh terPHK, buruh kontrak & outsourcing, BUMN maupun swasta, kasus TKI/TKW. sejumlah tenaga kesehatan (perawat, bidan PTT, dokter, tukang gigi, disabilitas, dll) yang berstatus pekerja, jadi perhatian Rieke untuk disampaikan agar ada penyelesaian setiap persoalan yang menimpa rakyat di hari-hari kerjanya sebagai salah seorang anggota dewan.

Sebagai politisi Senayan, fungsi legislasi amat Ia kuasai. Yang monumental kelahiran UU BPJS. Meski Rieke mengingini seluruh Rakyat Indonesia agar berhak mendapatkan jaminan kesehatan dari APBN dalam UU ini, kenyataan berikutnya, usaha dan cita-citanya, terkadang harus berlawanan dengan kenyataan politik yang tak selalu senada, walaupun sama-sama berpredikat Dewan Perwakilan Rakyat. PR Rieke periode 2014-2019 ini, kelihatannya akan lebih berfokus pada rencana UU yang pernah masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) periode lalu, seperti UU Perlindungan Upah, dan UU Kebidanan. Serta perjuangan untuk UU Pekerja Media, revisi atas UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan, UU No. 2/2004 PPHI, UU No. 5/2014 Aparatur Sipil Negara, dan masih banyak lagi, yang dinilai sampai saat ini belum mengoptimalkan kepentingan kesejahteraan, keadilan, dan hak bagi para pekerja, buruh, karyawan/pegawai.

Tahun Politik
Tahun 2014 ini adalah tahun politik yang dapat memberi pelajaran penting dan berharga bagi dirinya. Setelah pengumuman hasil perolehan suara PILEG tempo hari, Rieke didukung 255.064 suara, terbesar di seluruh Jawa Barat dan nomor empat perolehan suara tertinggi secara nasional. Rieke blusukan, Rieke semacam melakukan gerilya kota menumpas politik transaksional. Praktek nyata dari setiap blusukannya, Rieke tak pernah menebar rupiah sepeserpun. Orang menyukai Rieke, karena komitmennya. Rieke tak menggebu mengguyur janji, justru Rieke meminta setiap masyarakat yang Ia kunjungi untuk ikut berjuang bersama dirinya. Rieke tak ingin rakyat hanya jadi barisan penitip nasib sejati. Sosoknya ingin selalu hadir di setiap penderitaan dan perjuangan rakyat.

Paska PILEG, Rieke mengemban tugas sebagai Koordinator Penggalangan Buruh & TKI (Dalam dan Luar Negeri). PILPRES menanti sepak terjangnya untuk turut memastikan kemenangan Calon Presiden & Wakil Presiden Jokowi-JK. Mahfum tahun lalu (2013), Rieke semakin moncer namanya sebagai salah seorang Calon Gubernur Jawa Barat, Rieke dipilih oleh 5,7 juta orang dalam masa kampanye efektif tiga bulan saja. Terpaut hanya 2,9 % dari petahana yang terpilih kembali sebagai Gubernur Jawa Barat, setelah keputusan Mahkamah Konstitusi yang dipimpin oleh Akil Mochtar. Lebih banyak menjelujuri profile Rieke, kita dapat mengakses link berikut : (http://riekediahpitaloka.org/profile.html) dalam website pribadinya www.riekediahpitaloka.org.

Yang menarik sebetulnya dalam beberapa langkah kampanye yang Ia lakukan. Rieke bukan hanya “macan panggung kampanye”, popularitas dirinya yang dikenal sejak dari dalam tabung televisi (pemain sinetron, dan bintang iklan), juga tak henti-hentinya nongol di televisi. Kini eksistensinya sebagai seorang politisi sekaligus pendebat ulung, dan kemampuan propagandanya yang lugas menjelaskan setiap permasalahan dan program Capres & Cawapres baru-baru saja, melekat di hati rakyat.

Jokowi-Jk terpilih. Situasi tak lantas mereda. Jagad media kembali menampilkan sosok Rieke yang digadang sebagai salah seorang menteri, jika kabinet Jokowi-Jk terbentuk. Dua link polling nama-nama calon beredar di masyarakat (Kabinet Rakyat 2014-2019 | Menuju Indonesia Baru www.kabinetrakyat.org/ dan Profil Calon Menteri Kabinet Alternatif Usulan Rakyat (KAUR) www.jokowicenter.com/.../profil-calon-menteri-kabinet) dan masih diikuti dari sejumlah lembaga survey dan media, nama Rieke tetap mentereng. Dan hasilnya, diperoleh polling lumayan signifikan, di antara banyak nama calon lainnya. Di beberapa pemberitaan media, Rieke menjawab sekenanya, acap kali Ia ditanya soal opini dan proses pencalonannya. Kaum buruh, para Relawan yang berjuang bersama Rieke turut merasakan atmosfir derasnya opini dan pemberitaan politisi perempuan asal PDIP yang konsisten di jalan perjuangan rakyat ini.

Minggu, 26 Oktober 2014, adalah hari penentuan. Sejumlah nama berpenampilan serba putih diperkenalkan Presiden & Wakil Presiden RI Jokowi-JK, sebagai menteri Kabinet Kerja Pemerintahan Jokowi-JK periode 2014-2019. Namun penonton televisi sama sekali tidak melihat sosok Rieke yang sering disebut-sebut RDP. Rieke absen dari arus pemberitaan di hari itu. Penulis sempat terhenyak, kali ini disuguhi tayangan sekian banyak menteri yang profilenya jauh dari pengetahuan publik.

Kuatkan Buruh
Menjelang rembulan berkuasa di Ahad itu, seorang kawan yang amat karib dengan Rieke, tak diduga mengajak untuk meninggalkan Jakarta menemui Rieke. Tak pikir panjang, ajakan yang belum tentu datang lagi, pikir penulis. Akhirnya dapat bertemu langsung, dan bercengkrama ringan bersama Rieke Diah Pitaloka. Rieke banyak berkomentar panjang terkait hasil pengumuman menteri. Ada kegaduhan di hati penulis. Ekspresi Rieke yang serius nan kocak jadi bumbu riang pembicaraan kami soal politik, serikat buruh, dan masa depan kaum buruh Indonesia. Padahal pikiran penulis sedang bergulat, cukup kecewa, lantaran tayangan pengumuman di bawah pohon Trembesi, Istana Negara, baru-baru saja. Apalagi ponsel penulis berkali-kali berbunyi, dari berbagai daerah, kerabat, keluarga, dan teman-teman tanyakan kabar, mengapa, ada apa, kenapa Rieke tidak jadi menteri? Bukti Rieke memiliki massa rill, pernyataan seorang kawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun