Kalibareng, Kendal -- Potensi bencana alam seringkali datang tanpa peringatan. Namun, di Desa Kalibareng, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, upaya mitigasi sudah mulai digalakkan. Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) GIAT 12 Kalibareng, mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang berada di bawah Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPPM UNNES bekerjasama dengan Pemerintah Desa Kalibareng melaksanakan Kajian Risiko Bencana. Kegiatan ini merupakan bagian dari tema DESTANA (Desa Tangguh Bencana) yang diusung dalam KKN 2025, dengan tujuan utama memetakan dan mengidentifikasi ancaman bencana di desa kalibareng.Â
Desa Kalibareng memiliki topografi perbukitan dengan lereng-lereng curam yang rentan mengalami tanah longsor saat curah hujan tinggi. Selain longsor, desa ini juga memiliki potensi ancaman bencana lain, namun tanah longsor menjadi fokus utama karena dampaknya yang besar terhadap permukiman, lahan pertanian, dan akses jalan.Menurut salah satu perangkat desa, selama ini data terkait zona rawan bencana belum terdokumentasi secara sistematis. Oleh karena itu, kegiatan kajian ini menjadi langkah penting untuk membangun peta risiko bencana yang bisa dijadikan panduan mitigasi.
Pelaksanaan Kajian Risiko Bencana dilakukan dengan metode pengisian lembar isian yang disusun berdasarkan pedoman penilaian risiko bencana. Pengisian data dilakukan melalui wawancara langsung dengan para  kepala dusun dan perangkat desa yang memiliki pengetahuan mendalam tentang kondisi geografis dan sejarah bencana yang pernah dan sekiranya potensial terjadi di Desa Kalibareng. Berdasarkan hasil wawancara tersebut bencana yang pernah terjadi dan rawan akan terjadi kembali adalah tanah longsor kemudian disusul oleh angin kencang, kebakaran lahan, dan penggundulan lahan. Selain itu Desa Kalibareng juga melakukan beberapa kegiatan pra-bencana sebagai upaya pencegahan yakni dengan reboisasi, relokasi aliran sungai, pemasangan Early Warning System (EWS), pelatihan penanggulangan bencana (BPBD).
Dari data yang terkumpul, tim KKN GIAT 12 Kalibareng menghasilkan dua peta utama yakni Peta Ancaman Risiko Bencana Longsor: memuat titik-titik rawan longsor di desa dengan sistem zonasi merah (risiko tinggi), kuning (risiko sedang), dan hijau (risiko rendah). Peta Ancaman Bencana Desa Kalibareng: berisi sebaran ancaman bencana yang mungkin terjadi di berbagai wilayah desa seperti tanah longsor, angin kencang, kebakaran lahan, dan penggundulan lahan. Peta ini dirancang agar mudah dipahami oleh masyarakat.
Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi erat antara Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPPM UNNES, Pemerintah Desa Kalibareng, dan mahasiswa KKN GIAT 12. Kerja sama ini menjadi bukti nyata semangat "UNNES Giat Membangun Indonesia dari Desa", di mana mahasiswa hadir bukan sekadar belajar, tetapi juga memberi kontribusi nyata untuk keberlangsungan desa.
Dengan adanya hasil kajian ini, Desa Kalibareng kini memiliki modal data untuk menyusun Desa Tangguh Bencana yang mandiri. Ke depan, diharapkan pemutakhiran peta dapat dilakukan secara berkala, terutama setelah musim hujan atau adanya perubahan kondisi lingkungan. "Kami berharap kegiatan seperti ini menjadi contoh untuk desa-desa lain di Kendal. Data yang jelas akan memudahkan penanganan bencana dan menyelamatkan nyawa," ungkap perangkat desa yang menjadi narasumber kajian ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI