Labuhanbatu Utara- Masjid Raya Al-Haji Muhammad Syah, yang terletak di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, kini semakin mendapat perhatian sebagai salah satu warisan budaya Melayu yang memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang unik. Masjid yang didirikan pada tahun 1937 oleh Sultan Kualuh III, Al-Haji Muhammad Syah, ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam, tetapi juga menjadi simbol diplomasi kerajaan dan pusat kebudayaan masyarakat Melayu di wilayah tersebut.
Sejarah dan Latar Belakang PendirianÂ
      Masjid Raya Al-Haji Muhammad Syah dibangun pada masa pemerintahan Sultan Kualuh III, yang merupakan penerus Kesultanan Kualuh, salah satu cabang Kesultanan Asahan yang berpengaruh di wilayah Sumatera Utara. Kesultanan ini memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sosial dan budaya Melayu di kawasan tersebut. Lokasi masjid yang berada di tepi Sungai Kualuh sangat strategis karena sungai ini menjadi jalur transportasi utama dan pusat aktivitas masyarakat.
      Pendirian masjid ini juga erat kaitannya dengan hubungan diplomasi antar kesultanan di Sumatera Timur. Sultan Al-Haji Muhammad Syah menikahkan putrinya dengan pangeran dari Kesultanan Langkat, yang kemudian menjadi jembatan budaya dan politik antara kedua kerajaan. Saat melakukan kunjungan ke Langkat, Sultan sangat terkesan dengan kemegahan Masjid Azizi, masjid kebanggaan Kesultanan Langkat, sehingga beliau berinisiatif membangun masjid serupa di wilayahnya sebagai simbol persatuan dan kemegahan kesultanan.
Arsitektur dan Keunikan Masjid
    Masjid Raya Al-Haji Muhammad Syah menampilkan ciri khas arsitektur Melayu yang kental dengan sentuhan klasik dan estetika yang khas. Kubah besar yang menjadi pusat bangunan memiliki ventilasi udara yang dirancang sedemikian rupa untuk menjaga sirkulasi udara agar tetap sejuk di tengah iklim tropis. Ornamen-ornamen ukiran kayu dengan motif flora dan geometris khas Melayu masih terjaga keasliannya hingga kini.
    Menurut Sri Yani, peneliti dari Universitas Negeri Medan yang telah melakukan studi lapangan, sekitar 30 persen bangunan asli masjid masih utuh dan terawat dengan baik. "Keaslian struktur dan ornamen masjid ini sangat penting untuk dilestarikan karena merefleksikan identitas budaya Melayu serta teknik arsitektur tradisional yang diwariskan turun-temurun," ujarnya.
Fungsi Sosial dan Peran dalam Pendidikan
  Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Raya Al-Haji Muhammad Syah juga berfungsi sebagai pusat pendidikan agama dan kebudayaan. Selama puluhan tahun, masjid ini menjadi tempat pengajian Al-Qur'an dan pengajaran nilai-nilai Islam kepada masyarakat sekitar. Pemerintah daerah bersama tokoh masyarakat kini tengah merancang program revitalisasi masjid untuk menjadikannya sebagai museum hidup yang mengedukasi pengunjung tentang sejarah Kesultanan Kualuh dan budaya Melayu.
Sumber:Â
Sri Yani, dkk. (2021). "Sejarah dan Perkembangan Mesjid Al-Haji Muhammad Syah Labuhan Batu Utara.