Mohon tunggu...
Syarofah Fadlillah
Syarofah Fadlillah Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Prodi Gizi, NIM 2330019113

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Tugas Bahasa Indonesia (UAS) Youtube : 1.https://www.youtube.com/channel/UCl-nObhpoihytApUGlmslPw 2. https://www.youtube.com/channel/UCwFZUn2nk4lamKs25l9rXkg

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gizi dan Stres di Usia Produktif

3 Desember 2020   18:59 Diperbarui: 3 Desember 2020   19:13 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Design By : Risma DS, IG : @kelompok7_praktikumkpg

Pada usia produktif sekitar umur 15-64 tahun seseorang rentan atau sering merasakan stress akibat dari banyak faktor. Mulai dari faktor pendidikan, pekerjaan, ekonomi, keluarga, lingkungan masyarakat dan lain sebagainya. Adanya hal ini seseorang dengan usia produktif yang merasakan stres harus dapat mengontrol stres mereka dengan baik, namun tidak semua dapat demikian. Tetapi sebenarnya apasih stres itu? 

Stress merupakan keadaan yang dimana dapat mempengaruhi psikologis seseorang yang berupa kegelisahan, kelesuan, depresi, kehilangan kesabaran, serta harga diri rendah. Sedangkan dampak pada perilaku seseorang dapat berupa peningkatan konsumsi alkohol dan rokok, tidak nafsu makan atau bahkan makan menjadi berlebihan. 

Di sisi lain status gizi lebih dan obesitas disebabkan oleh berbagai faktor kompleks yang dapat saling terkait. Adapun beberapa faktor tersebut diantaranya yakni faktor psikologi (termasuk stres), aktivitas fisik juga perilaku makan. 

Dalam sebuah penelitian (Sanilier dan Unusan pada tahun 2006) menunjukkan bahwa stres mempunyai peran penting pada kejadian underweight serta overweight dan  pada energi serta item makanan yang dikonsumsi. Kondisi stres yang tidak dapat terkontrol bisa menyebabkan terjadinya resistensi leptin. 

Tidak hanya itu, hal ini juga dapat berakibat pada peningkatan asupan makan yang mempengaruhi beret badan seseorang hingga menjadikannya berada pada gizi lebih (obesitas), ataupun sebaliknya yang mengakibatkan seseorang dapat mengalami gizi kurang (malnutrisi).

Oleh karena itu dibuatlah cara untuk mencegah dan mengatasi stress, antara lain : 

1. Membuat serta mengatur jadwal makan dan minum.

Ciptakan rutinitas, tidak lupa mengkonsumsi asupan protein, karbohidrat, dan lemak pada setiap makanan serta minum air putih agar tetap terhidrasi. Rencanakan makan ringan scukupnya. Kemudian batasi atau hindari konsumsi kafein berlebih, minuman beralkohol, serta makanan yang dibuat dengan gula rafinasi (permen, cake, atau cookie) agar stres tidak makin parah. 

2. Management stres lewat makanan dapat berupa : 

  • Teh hangat : Menurut Studi "Journal of Psychoparmacology" efek teh bisa meningkatkan hormon bahagia/dopamin dan serotonin.  
  • Coklat : Kandungan antioksidan polifenol dari coklat dapat mengurangi stres
  • Pisang : Pisang mengandung vitamin B6 yang membantu kerja sistem saraf serta menurunkan stres dan rasa lelah.
  • Ikan berlemak : Diulas dalam "Journal of Epidemiology dan Comunity Health". 
  • Kacang - kacangan (segenggam) : Vitamin B dari kacang bisa menurunkan tekanan darah, ini berdasarkan studi tahun 2012 dalam jurnal "Hypertension".
  • Susu : Tercantum dalam studi tahun 20212 yang masuk dalam jurnal "Nutrition Research and Practice".
  • Makanan kaya vitamin C : Hal ini diterbitkan dalam jurnal Psychopharmacology".
  • Sayuran hijau : Berdasarkan studi tahun 2018 dalam jurnal "frontiers in Psycology".
  • Alpukat : Termasuk dalam penelitian tahun 2017, "The FASEB Journal".

Oleh : Syarofah fadlillah (SF, 03 Desember 2020).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun