Mohon tunggu...
Siti Nurhayati
Siti Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Kuala Mandor B

Mewujudkan Akses Pendidikan yang Merata dan Berkeadilan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penggunaan Model Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

12 Mei 2020   05:31 Diperbarui: 12 Mei 2020   05:35 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memuat konsep dan teori yang berhubungan dengan lingkungan sosial siswa dan gejala-gejala yang terjadi di sekitarnya untuk dipahami sebagai bekal siswa agar siswa dapat beradaptasi untuk kehidupannya kelak. Pelajaran IPS tidak sekedar menghafal konsep dan teori yang ada tetapi bagaimana menanamkan konsep dan teori tersebut sehingga siswa mampu berfikir dan bertindak berdasarkan pemahaman yang dikuasainya.

Pelajaran IPS menggabungkan beberapa disiplin keilmuan seperti ekonomi, sejarah, sosiologi dan geografi. Tentu saja penggabungan beberapa disiplin ilmu tersebut sangat menyulitkan siswa sebab masing-masing disiplin keilmuan tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Ekonomi memiliki sudut pandang kelangkaan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, Sejarah memiliki sudut pandang peristiwa/kejadian pada waktu tertentu, Sosiologi memiliki sudut pandang  interaksi sosial, dan Geografi memiliki sudut pandang keruangan atau kewilayahan.

Persoalan seperti ini juga menimpa guru-guru yang mengajar bidang studi lainnya. Ketidakberdayaan guru ditengah-tengah situasi sekolah yang minim fasilitas dan sarana belajar membuat guru-guru di SMP Negeri 21 pontianak terpaksa harus mengajar dengan model pembelajaran ceramah. Apalagi sejak tahun pelajaran 2017/2018 di SMP negeri 21 pontianak untuk kelas VII (Tujuh) sudah menerapkan implementasi kurikulum 2013, namun sayang persoalan fasilitas dan sarana belajar serta kondisi rombongan belajar yang melebihi kapasitas di mana satu kelas diisi dengan jumlah siswa sebanyak 43 orang membuat harapan semakin jauh dari kenyataan.

Menurut Endang Komara (2014:44) untuk mengatasi permasalahan di atas, dengan model pembelajaran Picture and Picture yaitu suatu model pembelajaran dengan cara menyajikan kompetensi yang akan dicapai, menyajikan materi, memperlihatkan gambar, memanggil siswa untuk mengurutkan gambar, menanyakan alasan pemilihan gambar tersebut, menanamkan konsep dari gambar tersebut, menyimpulkan. Metode pembelajaran ini dipilih karena, untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang disampaikan guru. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran Picture and Picture untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VII C SMP Negeri 21 Pontianak.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Kunandar (2011:44) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII C dengan jumlah 42 siswa terdiri 13 siswa laki-laki dan 29 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi, dan tes tertulis. Dari hasil pengumpulan data dianalisis dengan menggunakan deskripsi persentase untuk melihat kecenderungan data. Data yang diperoleh dari setiap siklus diolah lalu disimpulkan dengan indikator keberhasilan siswa menggunakan kriteria batas minimal (KBM), yaitu siswa dikatakan berhasil jika telah mendapat nilai minimal 72 dan siswa dikatakan gagal jika masih mendapat nilai di bawah 72. Indikator keberhasilan pembelajaran secara klasikal dikatakan berhasil apabila rata-rata siswa yang telah tuntas mencapai 75% atau lebih. Sebaliknya pembelajaran masih dikatakan belum berhasil jika rata-rata siswa yang tuntas belum mencapai 75%. 

Tahap menyusun rencana program pembelajaran (RPP), menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pelajran, menyiapkan lembar observasi siswa, menyiapkan lembar kerja siswa, menyiapkan instrumen penilaian kinerja guru (IPKG1 dan IPKG2), dan menyiapkan soal evaluasi. (2) Pelaksanaan tindakan, melakukan pembelajaran dengan sesuai dengan rencana program pembelajaran. (3).Pengamatan (Observing), pada tahap ini guru sebagai peneliti bekerja sama dengan guru kolaburator atau teman sejawat melakukan pengamatan selama proses pembelajaran. Dari hasil pengamatan data dikumpulkan berupa data kuantitatif (hasil tes, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain. (4). Refleksi (reflecting), tahap ini peneliti bersama guru kolaburator melakukan diskusi tentang temuan maupun masalah-masalah yang ditemukan oleh guru, tentang pemahaman materi yang disampaikan. Setelah itu guru menindaklanjuti hasil pengamatan dengan serangkaian rencana tindakan yang perlu dilakukan pada pertemuan berikutnya. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi

Pada siklus I pembelajaran menggunakan model picture and picture belum menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dan masih kaku dalam pembelajaran serta sulitnya siswa membedakan gambar yang harus dipilih. Pada pembelajaran siklus II siswa mulai mudah menyesuaikan dengan model pembelajaran picture and picture, mereka tidak lagi kaku seperti pada siklus I, dan guru peneliti sudah memberikan keterangan tambahan pada gambar dan mengurangi jumlah gambar sehingga siswa lebih mudah untuk menentukan gambar yang menjadi pilihannya sesuai dengan tugas yang terdapat pada lembar kerja peserta didik (LKPD). Pada siklus II pembelajaran menggunakan model picture and picture sudah  menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini disebabkan karena siswa mulai bisa menyesuaikan dengan model pembelajaran picture and picture. Siswa mulai menyukai model pembelajaran ini karena selain siswa menangkap konsep dan teori melalui apa yang didengar tapi siswa juga dapat melihat gambar secara konkret dalam memahami konsep dan teori yang disampaikan oleh guru.

Model pembelajaran picture and picture adalah model pembelajaran yang menggunakan media gambar untuk memperjelas atau memudahkan konsep dan teori yang bersifak abstrak menjadi konkret. Model pembelajaran picture and picture sejatinya adalah model pembelajaran untuk memperjelas dan menguatkan konsep-konsep yang bersifat konkret agar lebih nyata diterima dan dipahami oleh peserta didik. Dari pelaksanaan penelitian yang terbagi ke dalam dua siklus model pembelajaran picture and picture memiliki tahapan: guru menyajikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan materi sebagai penghantar, guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, guru menunjuk siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar secara logis, guru menanyakan alasan siswa memasang atau mengurutkan gambar, guru menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, membuat kesimpulan. Hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus menunjukkan bahwa model pembelajaran picture and picture efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun