Oleh: Syamsul Yakin, M.A dan Muhammad Evael Jibran
(Selaku Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Antropologi adalah ilmu yang mengkaji manusia dan budayanya. Tujuannya adalah untuk memperoleh suatu pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk, baik di masa lampau maupun saat ini, baik dengan organisme biologis maupun sebagai makhluk berbudaya.59 Definisi tersebut menggambarkan bahwa antropologi menelaah tiga hal mendasar, yaitu: manusia, rasa dan budaya.
Sedangkan dakwah, secara bahasa, adalah sebuah kata dalam bahasa Arab dalam bentuk masdar. Dalam bahasa Indonesia kata tersebut berarti: memanggil, menyeru, menegaskan atau membela sesuatu, perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia kepada sesuatu, dan memohon dan meminta atau doa.61 Dengan demikian, bisa dipahami bahwa kegiatan dakwah melibatkan manusia, baik yang berdakwah (da'i) maupun yang didakwahi (mad'u). Jadi, secara implementatif, dakwah merupakan kerja dan karya besar manusia. Usia kerja dakwah sudah cukup tua, yakni sejak adanya tugas dan fungsi yang harus diemban oleh manusia.Â
Dalam kajian ilmu dakwah, konsep dan teori dakwah dipahami sebagai isi pesan dakwah, yang mencakup ayat-ayat Al-Qur’an, hadits Nabi Muhammad SAW, pandangan para sahabat, hasil ijtihad para ulama, temuan ilmiah, kisah-kisah inspiratif, berita aktual, serta karya seni dan sastra.Adapun metode yang digunakan oleh seorang da’i dalam menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u antara lain adalah metode alHikmah (kebijaksanaan), al-Mau’izhah al-Hasanah (nasihat yang baik), dan Mujadalah bi al-Lati Hiya Ahsan (berdebat dengan cara yang paling baik)
Selain ketiga pendekatan utama tersebut, terdapat pula metodemetode dakwah praktis yang lebih aplikatif dan melibatkan partisipasi masyarakat dalam membentuk budaya dakwah. Metode-metode ini meliputi: ceramah, diskusi, konseling,penulisan karya ilmiah/populer, pemberdayaan masyarakat, serta pengembangan lembaga-lembaga dakwah
Efektivitas dakwah sangat dipengaruhi oleh pendekatan yang diterapkan oleh dai dalam proses penyampaiannya. Meskipun materi dakwah yang disampaikan bersifat substansial dan memiliki landasan ilmiah yang kuat, keberhasilannya tetap bergantung pada kesesuaian metode dengan karakteristik audiens. Oleh karena itu, pendekatan dakwah yang berorientasi pada aspek kemanusiaan dinilai lebih relevan dan strategis dalam mencapai tujuan dakwah secara optimal.
Dalam hal inilah terletak pentingnya pendekatan antropologis dalam berdakwah, antara lain;
1. Pendekatan hikmah
2. Pendekatan Sistemik dan Holistik
3. Pendekatan Sufistik
4. Pendekatan Psikolog
5. Pendekatan komunikasi persuasive dan empati
Antropologi dakwah memberikan kontribusi penting dalam pengembangan strategi dakwah yang lebih kontekstual dan berorientasi pada realitas sosial-budaya masyarakat. Dengan pendekatan ini, dakwah tidak hanya dipahami sebagai proses penyampaian ajaran Islam secara normatif, tetapi juga sebagai interaksi sosial yang dinamis dalam kerangka kebudayaan yang kompleks. Pemahaman terhadap struktur sosial, nilainilai lokal, dan karakteristik komunitas memungkinkan dai untuk merancang metode dakwah yang lebih efektif, empatik, dan relevan.