JUERGEN KLOPP membangun Liverpool sebagai kesebelasan yang penuh determinasi. Ke mana bola bergulir, ke sana pemain berlari. Namun, lawan-lawan Liverpool tidak tinggal diam. Strategi para pembesut lawan berkembang demikian cepat. Apa lacur, Â Liverpool terdiam justru ketika lawan berkembang sangat pesat.
Setelah 1.369 hari tidak pernah keok di kandang sendiri, setelah 68 laga tidak pernah kalah lawan siapa pun di kandang sendiri, setelah musim lalu menjuarai Liga Inggris dan musim ini sempat bertengger di pucuk, setelah tim besutan Klopp disangka bakal sanggup mempertahankan gelar juara, ternyata sekarang Liverpool oleng.
Liverpool terpelanting. Semalam di kandang sendiri, Liverpool keok di hadapan Burnley--sebuah klub yang logonya saja sukar dikenang. Klopp yang biasanya menimpakan kesalahan kepada pihak lain, kali ini ia kutuk diri sendiri. Manchester United dan korps wasit bukan kambing hitam lagi di mata Klopp.
"Rasa-rasanya tidak mungkin kami kalah, tetapi faktanya kami kalah." Begitu keluh Klopp kepada Sky Sports (Jumat, 22/1/2021). "Itu salah saya. Sudah tugas saya memastikan para pemain punya rasa percaya diri dalam pertandingan, tetapi hal itu tidak berhasil kami lakukan," kata Klopp.
***
BENARKAH pasukan Klopp kehilangan rasa percaya diri?Â
Fakta bahwa striker Liverpool kehilangan taji dapat Klopp jadikan sebagai dasar argumen. Pada 31 Desember 2020, Liverpool berbagi kacamata dengan Newecastle United. Memasuki tahun baru, 5 Januari 2021, Liverpool takluk 0-1 di hadapan Southampton. Kemudian seri dengan skor 0-0 melawan MU pada 17 Januari 2021. Semalam kalah lagi dengan skor 0-1 melawan Burnley.
Empat pertandingan tanpa sebiji gol. Benar-benar jauh dari bumi jika kita ingat bagaimana para pemain Liverpool, dilansir Opta, mampu mencatat rekor tiga musim berturut-turut mencetak 100 gol. Rekor yang hanya bisa dilakukan pada musim 1986/1987. Apalagi jika kita mengenang pesta tujuh gol Liverpool ke gawang Crystal Palace pada pekan ke-14 musim ini (Sabtu, 19/12/2020).
Ke mana taji Salah? Tentu Salah tidak bisa sendirian menanggung beban kesalahan. Pemain lain juga punya beban tanggung jawab. Bukan hanya pemain, melainkan juga pelatih dan seluruh staf pelatih. Bahkan, suporter. Bagaimanapun, semua kesebelasan akan terpelanting pada waktunya. Termasuk Liverpool.
Serangan balik mematikan tidak terlihat dalam empat laga terakhir. Bola dilontar langsung ke depan, umpan lambung dari samping, pemain bertipe kereta api cepat menyisir tepi lapangan. Tiga kekuatan itu ambyar dalam empat laga. Henderson kehilangan naluri mengirim umpan terobosan mematikan. Jika musim lalu Arnold sukses mengukir 12 asis, geliatnya hilang pada empat laga terakhir.
***
ADA APA dengan Liverpool? Tampaknya Liverpool masih berada dalam euforia juara, masih berada di bawah bayang-bayang gemilang prestasi, masih mabuk kemenangan setelah 30 tahun berada jauh dari nikmatnya menduduki singgasana juara.