Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Zedi: Pengamen yang Bahagia Tampil Sepanggung dengan Slank

10 Juli 2020   11:50 Diperbarui: 10 Juli 2020   12:55 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zedi dan talen Institut Musik Jalanan (IMJ) berkolaborasi dengan Via Vallen pada Konser Slank in Love (Foto: Dokpri Zedi)

"Saya hanya mengerjakan apa yang harus saya kerjakan, Tuhan menyelesaikannya!"

-- Zedi, Musisi Jalanan Talen Institut Musik Jalanan (IMJ)

Delapan tahun lalu, 2012, Zedi merantau ke Jakarta. Nasib mendamparkannya di  Kota Kembang Bandung. Ia mesti bertahan hidup di kota berjuluk Paris Van Java sebagai buruh harian di sebuah perusahaan konfeksi. Apa hendak di kata, ia hanya sanggup bertahan selama tiga bulan.

Jauh sebelum Zedi merantau, ia seorang penyuka musik. Slank band idolanya. Suatu ketika ia harus membongkar celengannya demi selembar tiket konser Slank. Kala itu Slank konser di tanah kelahirannya, Banyumas. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Celengan jebol, duit tak cukup.

Dengan berat hati lelaki berbadan tinggi kekar itu meninggalkan rumah. Ia bertekad menembus barikade penjaga konser. Dewi Fortuna berpihak kepadanya. Setelah berseteru dengan barikade keamanan, akhirnya ia bisa masuk ke lapangan dan menyaksikan konser band idola. Sayang sekali, ia hanya sempat menikmati satu lagu.

(1)

Sebenarnya Zedi bukanlah nama aslinya. Jamaluddin. Itulah nama pemberian orangtuanya. Saat remaja ia sering menyingkat namanya menjadi JD. Semacam inisial yang ia pakai di desain kaus hasil rancangannya. Inisial itulah yang ia gunakan di dunia musisi jalanan.

Kiprahnya sebagai pengamen bermula dari Bus Mayasari jurusan Bekasi-Blok M. Ia bisa beraksi di bus berpendingin karena ia mengantongi KTA Kelompok Pengamen Jalanan yang, kala itu, menjalin kerja sama dengan Dinas Sosial Bekasi. Senin hingga Jumat ia bertarung di dunia garmen, Sabtu dan Minggu ia habiskan waktu di jalanan untuk mengamen.

"Bekal dari kampung hanya gitar dan tas punggung berisi beberapa lembar pakaian," ungkapnya ketika saya tanya mengapa ia meninggalkan Kota Bandung. "Saya harus bertahan hidup. Di Bekasi saya jalin silaturahmi dengan KPJ. Seberat apa pun hidup yang saya jalani, saya harus konsisten di dunia musik."

Zedi tampil mengamen pada acara milad sebuah perusahaan (Foto: Dokpri Zedi)
Zedi tampil mengamen pada acara milad sebuah perusahaan (Foto: Dokpri Zedi)
Konsistensi dan silaturahmi. Itulah modal sesungguhnya yang ia bawa ke negeri rantau. Naik turun bus ia jalani dengan tabah. Banting tulang di tempat kerja ia tekuni dengan sabar. Kunci tabahnya hanya dua, konsisten bermusik dan terus menjalin silaturahmi. Lambat laun pintu keberuntungan terbuka. Karena kemampuannya, ia pun dipercaya tampil bernyanyi di kafe-kafe.

Suatu ketika Zedi mengamen di depan serombongan bule di sebuah mal di Bekasi. Penampilannya memikat seorang pelancong. Bule itu ternyata melafalkan inisial namanya dengan gaya Eropa: Zedi. Bukan Jede. Sejak itu pula ia mengganti inisialnya menjadi Zedi. Nama itu pula yang kemudian mengantarnya bertemu langsung dengan Slank.

(2)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun