Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Trik Swasunting Sederhana yang Penting Dikuasai Bloger

18 Juli 2019   12:37 Diperbarui: 19 Juli 2019   07:53 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Swasunting penting dilakukan sebelum Anda menayangkan artikel| Ilustrasi: Pixabay

Terakhir, pada tanda seru (!) sudah ada tanda titik. Demikian juga dengan tanda tanya (?). Jadi, tanda seru dan tanda tanya tidak perlu diikuti tanda titik pada akhir kalimat. Itu hal receh yang sering dilakukan oleh para bloger.

Kejernihan Gaya dan Tata Bahasa
Bambang Trim (2005, 34) menandaskan bahwa ada dua keputusan penting dalam penyuntingan, yaitu perbaiki atau abaikan. Oleh karena itu, swasunting kita lakukan tetap dalam koridor menjaga kualitas tulisan. Dengan demikian, swasunting bahasa, pesan, logika, dan keindahan kalimat harus sesuai dengan mekanisme penyuntingan.

Jika pesan dalam kalimat sudah tergambar atau terhampar dengan jelas maka tidak perlu disunting. Bagian yang sudah jernih gaya paparnya dan jelas tata bahasanya, biarkan saja. Jangan mengubah (bukan merubah) substansi yang benar menjadi salah.

Itu sebabnya swasunting harus melewati proses berpikir yang matang sebelum mengambil keputusan. Proses swasunting tersebut, dalam udaran Bambang Trim (2005, 3), melalui fase membaca, memahami, dan memaknai. Simak contoh (2) di bawah ini.

Raja Leluasa bangkit dari takhta dan berkata: "Setiap aku melewati perkampungan, jangan ada seorang pun yang berdiri tegak. Semua orang harus menjura dan seluruh sesepuh mesti merunduk ke bumi, dan tunduklah mereka pada karisma dan kuasaku. Jangan pula saling bisik atau saling sapa satu sama lainnya".

Hasil swasunting (2):

Raja Leluasa bangkit dari takhta dan berkata, "Setiap kulewati perkampungan, jangan ada seorang pun yang berdiri tegak. Semua orang harus menjura dan seluruh sesepuh mesti merunduk ke bumi, sehingga tunduklah mereka pada karisma dan kuasaku. Jangan pula saling bisik atau saling sapa satu sama lain."

Berdasarkan contoh (2) di atas, ada beberapa perkara yang perlu kita cerap. Pertama, keliru menggunakan konjugasi "dan". Begini. Konjugasi adalah sistem perubahan bentuk verba yang berhubungan dengan jumlah, modus, waktu, dan jenis kelamin.

Tunggu, jangan puyeng. Pada kalimat kedua dalam contoh (2) terdapat konjugasi berupa perubahan sebab-akibat. Semua orang merunduk mengakibatkan mereka tunduk. Karena konjugasinya dalam kalimat bertingkat maka penggunaan "dan" keliru.

Konjugasi "dan" digunakan untuk kalimat setara, padahal contoh (2) menunjukkan kalimat bertingkat yang bermakna sebab-akibat. Konjugasi yang tepat digunakan adalah "sehingga" karena menegaskan sebab-akibat. Silakan Anda baca lagi perbaikannya.

Kedua, keliru memakai partikel. Pada contoh (2) terdapat penggunaan partikel --nya, yakni pada satu sama lainnya. Partikel -nya di sana tidak jelas merujuk pada apa dan siapa. Jadi, sebaiknya tidak digunakan demi keefektifan bahasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun