Lebaran itu asli Indonesia. Lebih tepatnya, warisan Nusantara. Istilah untuk menamai berakhirnya ritual puasa selama sebulan itu bukan dari Arab atau Persia.
Sekalipun kita bongkar-bangkir seluruh kamus Arab, kata lebaran tidak akan kita temukan di dalamnya. Bukan hanya lebaran, puasa juga bukan dari bahasa Arab. Dengan kata lain, orang Arab tidak berpuasa.
Tenang. Jangan memelotot dulu. Apalagi ngegas. Santai saja. Mending ambil opor dan ketupat. Atau, seduh kopi dan sesap bersama beragam penganan atau juadah.
Kalau sudah santai dan rileks, sila nikmati sajian ini.
Menyisir Puasa
Kita mulai dari puasa. Mengapa orang Arab yang beragama Islam, di jazirah Arab, tidak berpuasa selama Ramadan?Â
Jawabannya, sebab mereka tidak mengenal kata puasa. Mereka tahunya shaum atau shiyam. Rukun ibadahnya sama, mulai dari niat hingga witir pun serupa, hanya penamaan yang berbeda.
Melalui akun Twitter saya, @1bichara, pernah saya cuitkan bahwa kata puasa berasal dari bahasa Sanskerta. Puasa berakar dari kata upavasa yang merupakan gabungan dari upa (dekat) dan vas (hidup). Nah, upavasa berarti 'hidup dekat dengan Tuhan'.
Tradisi berpuasa sendiri sudah ada sebelum Islam diturunkan ke bumi. Umat Hindu, misalnya, juga mengenal puasa. Kata upavasa kemudian dieja sesuai lidah Nusantara, terutama Jawa, maka lahirlah puasa. Kata ini bertahan hingga Islam tersebar di Jawa.
Para penyebar Islam menyesuaikan istilah Arab dengan bahasa lokal. Itu sebabnya puasa digunakan untuk ibadah menahan diri dari makan, minum, bersanggama, dan hal lain yang dapat membatalkannya. Artinya, puasa dipakai sebagai sebutan lain atas ibadah saum.
Nah, kata saum memang kita serap dari bahasa Arab. Penulisan aslinya adalah shaum. Tersebab bahasa Indonesia tidak mengenal konsonan ganda 'sh', maka penulisannya menjadi saum. Sama seperti penulisan salat (shalat) dan sahabat (shahabat).
Selain kata puasa dan saum, dulu juga ada kata tanggang dari bahasa Melayu. Tanggang berarti 'tahan'. Tanggang diri berarti 'menahan diri dari makan dan antek-anteknya'. Tanggang mata berarti 'berjaga atau begadang'.