Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Sungguh Tidak Mudah Menjadi Prabowo

17 Mei 2019   04:59 Diperbarui: 17 Mei 2019   05:38 3108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @indonesiaadilmakmur

Nestapa beliau masih banyak. Di sela barisan pemandu sorak, ada pula sosok yang sangat getol mengampanyekan akal sehat. Pihak lawan selalu disebut dungu. Ajaibnya, kedunguan kubu sendiri tidak pernah diungkit-ungkit. Akibatnya bablas. Fadli Zon, misalnya, menuai kritik gara-gara menyinyiri ibadah umrah Pak Jokowi. Fadli bikin ulah, beliau kecipratan citra buruk.

Masih belum cukup, nelangsa beliau kian menjadi-jadi. Bayangkan saja. Para pemandu soraknya kadang-kadang sibuk cakar-cakaran. Bukannya menyerang dengan terstruktur, sistematis, dan masif ke kubu lawan, malah berselisih sesama rekan secara brutal.

Jelas ini menggerus stamina dan menyedot energi. Seharusnya pemandu sorak riuh mengabarkan hal-hal baik, malah beramai-ramai menyemburkan dusta. Seharusnya sibuk menggalang suara, malah terpaksa menyembuhkan luka.

Sungguh tidak mudah menjadi Prabowo.

Dikitari Pemuja Fanatik

Prabowo lahir dari rahim seorang ibu yang Nasrani. Keluarganya juga banyak yang memeluk agama Kristen. Itu modal penting bagi beliau untuk menjadi pemimpin bangsa yang majemuk. Itu aset spiritual yang sangat berharga.

Sayang sekali, beliau menanggung beban teramat berat karena menyandang amanat ulama. Mau minum kopi saat azan berkumandang saja jadi bahan olok-olokan. Masih berpidato saat azan bergema juga memanen cibiran. Tetap bersemangat di podium saat waktu berbuka puasa tiba pun menuai ledekan.

Belum lagi beban sebagai capres dari kubu "partai Allah". Itu hal berat untuk dilakoni. Sebagai calon presiden, mau tidak mau beliau harus mengobarkan politik identitas. Sekalipun beliau seorang nasionalis, suka tidak suka mesti menampilkan sosok agamais tulen. Sedikit-sedikit takbir.

Beban sebagai calon yang disokong PA 212 pun memberati benak. Belum apa-apa kadar keislaman beliau sudah dipertanyakan. Tiap Jumat selalu ramai tagar jumatan di mana. Wudu membasuh kaki kiri duluan pun gencar tersebar. Ketika pendukung beliau doyan meledek "alfateka" Pak Jokowi, beliau akhirnya terkena karma "hulaihi".

Sungguh tidak mudah menjadi Prabowo.

Didukung Pemilih yang Harus Terus Dimotivasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun