Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

GO-JEK Liga 1 2018 Harus Memanusiakan Manusia

11 Agustus 2018   13:36 Diperbarui: 11 Agustus 2018   13:41 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuat Timnas Indonesia U-16 | Sumber Foto: bolasport.com

Nothing lasts forever, neither sorrow nor joy. We have to go on living. When hard luck leads us down a closed path, we have to look for another.

~ Najib Mahfuz, Miramar

Tidak bisa dimungkiri, sepak bola masih sangat digandrungi oleh penduduk Indonesia. Ada yang fanatik menonton di stadion, ada yang rela wajahnya dicat warna-warni, ada yang sampai kamarnya dihiasi bendera klub kesayangan, ada yang rutin berlangganan koran sepak bola, ada yang hingga tua masih doyan menonton tayangan langsung di layar kaca.

Brasil boleh berbangga sebab di sana sepak bola layaknya agama. Anak-anak miskin yang hidup dan tumbuh di jalanan mati-matian berlatih setiap hari, menjadikan sepak bola sebagai jalan meretas mimpi, dan mengubah ekonomi keluarga dari keahlian menggocek bola. Lima bintang di kostum timnas Brasil merupakan bukti vslid atas kecintaan warganya pada sepak bola.

Akan tetapi, atmosfer penggemar sepak bola di Indonesia jauh berbeda. Tidak ada duanya di dunia. Meski prestasi timnas begitu-begitu saja dari tahun ke tahun, cinta pendukung kepada timnasnya tidak pernah susut. Surut saja tidak, apalagi susut.

Tidak ada yang abadi, baik kesedihan maupun kegembiraan. Begitu tabal Najib Mahfuz, sastrawan tersohor asal Mesir. Timnas Jerman mengalaminya. Juara pada Piala Dunia 2014, pulang lebih awal di Piala Dunia 2018. Timnas pun dicerca sampai-sampai ada pemainnya yang sakit hati.

Suporter Indonesia lebih mahir menjaga stamina cinta dibanding suporter Jerman. Suporter Indonesiaa masih dan selalu cinta, meskipun prestasi timnasnya jalan di tempat. Timnas Indonesia U-19 pernah mencicip gelas juara AFF bersama Indra Sjafri, lalu gagal bersama pelatih yang sama. Meski gagal tetap dicinta.

Lihat juga animo masyarakat Indonesia ketika Timnas U-16 berlaga di ajang AFF 2018. Tunggu antusias warga Indonesia tatkala Timnas U-23 bertarung di ajang Asian Games 2018. Riuh rendah, sorak-sorai, gelora dukungan bagai ombak di dalam ombak. Belum juara saja sudah bahagia, apalagi kalau juara.

Naga-naganya tumpah ruah suporter Prancis setelah merenggut Piala Dunia 2018 bakal kalah seandainya Indonesia juara di Turnamen AFF U-16 2018.

Hal berbeda terlihat jelas apabila sudah menyangkut level senior. Jangankan meraih Piala Asia, juara di tingkat Asia Tenggara saja sudah sangat sulit. Rasanya seperti pungguk merindukan bulan. Nasionalisasi pemain tidak kunjung menghasilkan medali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun