"Setelah menulis," ujar Remba seraya tersenyum, "kamu tampak makin cantik."
"Gombal!"
"Serius!"
Tami mendelik. "Maksudku, tanggapanmu terhadap tulisanku!"
"Apik!"
"Persis tanggapanmu kepada teman-temanmu di Istagram atau Twitter."
Remba terkekeh-kekeh. Lalu, ia menunduk dan segera menulis.
***
Kita dan Pada
Kutunggu kamu pada hari ketika tiada apa-apa yang ingin kulakukan selain mengobati rinduku kepadamu. Kamu tahu hari itu. Hari yang didahului kata setiap.
Dulu, pada masa-masa awal kedekatan kita, aku sering takut menegurmu setiap kamu keliru menggunakan bahasa Indonesia. Aku takut kamu tersinggung, lalu marah, lalu menjauhiku. Aku memang mencintai bahasa Indonesia, tetapi aku lebih mencintai kamu. Lebih tepatnya, aku takut kehilangan kamu gara-gara bahasa Indonesia. Menemukan gadis yang tulus mencintai pemuda dengan masa depan tidak jelas, sepertiku, lebih sulit dibanding menegakkan benang basah. Â