Sokrates: Makna Kata dan Nama Bersifat Objektif
Pada dasarnya Sokrates setuju dengan Hermogenes. Sebagai seorang konvensionalis, Hermogenes mengambil pandangan yang secara radikal berlawanan dengan pandangan Kratylos.Â
Menurut pendapat Hermogenes, semua makna nama (kata) adalah arbitrer. Makna sebuah nama didasarkan pada kesepakatan dan kebiasaan.Â
Makna kata hanya benar bila makna kata itu berdasarkan pada konvensi yang digunakan untuk suatu objek. Pada prinsipnya, konvensi tentang makna kata dapat diubah kapan saja sampai menjadi valid dan benar, yang tidak bisa diubah lagi.
Sokrates menyimpulkan bahwa penamaan, yang merupakan bagian mendasar dari pembicaraan, juga harus didasarkan pada realitas objektif. Sebutan atau nama harus sesuai dengan sifat dari nama tersebut.Â
Proklus mendukung gagasan tentang kebenaran nama secara alami, terutama nama-nama para dewa. Proklus yakin bahwa nama-nama para dewa perlu diketahui. Dia membandingkan nama para dewa dengan patung para dewa. Nama-nama dari para dewa menggambarkan karakteistik dewa yang digambarkan oleh patung.
Dengan itu, Proklus mengajarkan bahwa nama adalah gambar entitas metafisik yang terdiri dari bentuk dan materi. Komponen materialnya dan bunyinya yang tidak material tergantung pada arketipe nama-nama itu. Bagi Plato, makna nama berada dalam kecerdasan ilahi (nous) dan ide-ide di balik makna nama mempengaruhi bentuk dan materi. (*).
Sumber:
(1). Wikipedia ins Deutsch. (2020). Kratylos. https://de.wikipedia.org/wiki/Kratylos, diakses pada 05 Agustus 2020.
(2). Bertens, K. (1990). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
(3). Michael Erler. (2007). Platon (Grundriss der Geschichte der Philosophie. Die Philosophie der Antike, hrsg. von Hellmut Flashar, Band 2/2). Basel: Schwabe. Â