Jauh-jauh hari Aristoteles sudah mengatakan bahwa persahabatan yang sempurna adalah jarang terjadi. Seorang ahli bernama Simmel mengatakan persahabatan demi kualitas sepenuhnya independen sehingga jauh lebih cocok persahabatan sebagai momen konstan dalam masyarakat karena ia mengikat individu secara bersama-sama.
Persahabatan tidak dibebani dengan beban fusi jiwa. Tetapi persahabatan tetap fleksibel dan mudah beradaptasi. Ikatan persahabatan bukan lagi tali yang secara tak terpisahkan menyatukan dua jiwa, melainkan sebuah gelang karet. Misalnya, jika seorang teman pindah ke negara lain, persahabatan itu pasti akan berubah. Namun, persahabatan dapat terus ada dan dapat mengembangkan kualitas yang berbeda (tidak lebih baik atau lebih buruk).
Sesuatu yang pasti ialah bahwa dalam dunia internet ini, tujuan persahabatan bukan lagi tujuan sosial, seperti dalam polis. Tetapi tujuan persahabatan adalah pribadi. Kasih sayang dalam persahabatan di zaman ini adalah hal pribadi atau hal individu, bukan hal sosial. Persahabatan dalam zaman internet ini memiliki penilaian moral yang sangat sulit. Kualitas moral dari pertemanan yang beraneka ragam lebih banyak muncul dalam jaringan pertemanan global. Persahabatan yang dihayati dalam model persahabatan internet bukan merupakan persahabatan yang disesalkan oleh Aristoteles, tetapi adalah model persahabatan yang tak terlukiskan dalam pengertian Derrida. (*).
Literatur:Â
(1). Aristoteles. (2002).  Die Nikomachische Ethik. Muenchen: DTV.
(2). Foss, Steffen. (20/8/2004). Freundschaft Phaenomen- Funcktion. https://kaffeeringe.de/2004/08/20/freundschaft-phaenomen-funktion/, diakses pada 01 Agustus 2020.
 (3). Bernert, Jan. MA Pd., Dipl. Theol. (09/05/2013). Aristoteles und die Freundschaft. http://diepaideia.blogspot.com/2013/05/aristoteles-und-die-freundschaft.html, diakses pada 01 Agustus 2020.