Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menyimak Doktrin Positif dan Negatif Tentang Kaum Sofis

20 Juli 2020   12:14 Diperbarui: 23 Juli 2020   11:07 2548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan antik yang menggambarkan kaum Sofis diusir dari Roma kuno. (Gambar: Istimewa).

Gambar di atas adalah sebuah ukiran antik yang menggambarkan kaum Sofis diusir dari Roma Kuno. Sophisme adalah paham aliran filsafat ekstrem sebelum Sokrates dalam metode pengajaran kuno yang mengajarkan bahwa kebenaran itu bersifat relatif dengan argumen atau retorika palsu dan muluk-muluk dan hampa untuk menipu dan memperdaya orang lain. Di Yunani kuno, Sofis adalah kategori guru yang berspesialisasi dalam menggunakan teknik filsafat dan retorika untuk tujuan pengajaran arete (keunggulan atau kebajikan) terutama untuk para negarawan muda dan bangsawan.

Doktrin Positif

Pada abad ke-5 SM, yang termasuk kaum Sofis adalah: Pythagoras, Thales, negarawan, tokoh budaya, penyair dan 'orang bijak' lainnya". Juga dapat disebutkan tokoh-tokoh, seperti: Protagoras, Kritias, Proxenos of Thebes, Gorgias von Leontinoi, Thrasymachos, Prodikos, Hippias, Antiphon, Callikles, Alkidamas, Likymnios, Lykophron, Polos, Protarchos, Xeniades, Isokrates dan Menon von Pharsalos.

Sayangnya presentasi "pengajaran" oleh kaum Sofis terlalu didasarkan pada sumber sumber yang memandang buruk tentang kaum Sofisme. Sumber tertua adalah kutipan dari dialog Plato dan dari tulisan-tulisan Aristoteles serta beberapa teks dan fragmen pendek. Padahal keaslian dan keandalan teks yang diberikan kepada para Sofis tergolong kontroversial dan tidak dapat dibuktikan.

Kita berkeyakinan bahwa sejak abad 6-5 SM, para filsuf Sofis, seperti: Anaximander, Pythagoras, Xenophon, Parmenides, Herakleitos, dll telah memperjelas pandangan kita tentang dunia. Mereka berjasa dalam meruntuhkan pelbagai kredibilitas mitos di kalangan orang Yunani kuno.

Para Sofisme meruntuhkan peranan para dewa sebagai pencipta dunia dan menentukan kehidupan manusia. Protagoras menggambarkan dirinya sebagai seorang Sofis. Pengetahuan dan nasihatnya dihargai oleh banyak orang Athena. Tulisan-tulisannya kemudian dibakar ketika ia dihukum. Dia meninggal dalam pelarian.

Seperti Xenophanes, ia berasumsi bahwa manusia tidak dapat mengetahui apakah ada dewa dan seperti apa mereka. Protagoras juga mengklaim bahwa setiap orang melihat hal-hal dan fakta dengan cara mereka sendiri dan menilai secara tepat.

Protagoras mengatakan bahwa manusia adalah ukuran dari semua hal. Akibatnya, ia lebih suka individu daripada  sosial, yaitu tentang bagaimana orang berbicara, bagaimana orang menilai diri sendiri, orang lain dan fakta. Tindakan apa yang mereka anggap positif ditentukan oleh orang.

Aristoteles melaporkan dalam buku politik bahwa kaum Sofis membuat tuntutan politik yang sangat luas. Lykophron menyerukan penghapusan hak-hak istimewa kaum bangsawan. Alkidamas ingin menghapus perbudakan. Phaleas dari Chalcedon menuntut kepemilikan yang sama, pendidikan dan manajemen kolektif untuk semua warga negara yang bebas.

Para Sofis juga berurusan dengan tata bahasa dan sintaksis. Mereka memeriksa bagian-bagian kalimat, penggunaan kata-kata, sinonim dan etimologi. Protagoras dikreditkan dengan mendefinisikan kriteria tata bahasa pertama. Prodikos menulis dan memberikan ceramah tentang sinonim juga ceramah tentang etika.

Hippias dari Elis adalah di antara kaum Sofis yang mahir dalam semua seni dan pengetahuan pada masanya. Dia juga seorang guru, filsuf dan peserta yang disegani di Olimpiade. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun