Lukisan berjudul Sekolah Aristoteles seperti tampak pada gambar di atas adalah lukisan karya Gustav Adolph Spangenberg pada tahun 1883-1888. Lukisan di atas menggambarkan karakter pemikiran Aristoteles yang begitu terbuka. Tidak seperti Sokrates yang hanya bisa didekati oleh murid kesayangannya, Plato. Aristoteles menginginkan partisipasi semua muridnya.
Dengan demikian, pemahaman Aristoteles tentang eudaimonia tidak se-radikal Sokrates. Aristoteles ingin membuka adanya partisipasi manusia dalam keterlibatan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Bagi Aristoteles, eudaimonia adalah "berbuat baik dan hidup baik" (Nicomachean Ethics). Berbuat baik (kebajikan) diperlukan tetapi tidak cukup mencapai hidup baik. Dua ide pokok tentang berbuat baik dan hidup baik adalah:
1. Berbuat baik: Aristoteles berpikir bahwa eudaimon adalah salah satu "aktivitas baik sesuai dengan akal" (Nicomachean Ethics). Tapi kebajikan moral hanya sebagai bagian dari pengertian umum di mana akal manusia mampu berfungsi dengan baik.
2. Hidup baik: Sambil menekankan pentingnya aspek rasional jiwa, Aristoteles tidak mengabaikan pentingnya: barang-barang penting, teman baik, keluarga baik, kesehatan baik, kecantikkan/kegantengan, kekayaan dan kekuasaan dalam kehidupan yang eudaimonik.
Aristoteles meragukan kemungkinan eudaimonik jika seseorang tidak memiliki barang-barang eksternal, seperti: barang-barang yang penting, kesehatan yang baik, keluarga dan anak-anak serta kecantikan/kegantengan.
Tapi kekayaan masih harus diteliti lagi. Dalam dunia kini, manusia sering mendapatkan banyak uang dari "keberuntungan bodoh",  seperti: korupsi, KKN, menang lottre, menang shio, menang judi, dll. "Keberuntungan bodoh" dapat mendahului pencapaian seseorang terhadap eudaimonia. Tetapi "untung bodoh" tidak menjamin seseorang punya masa depan. Sebab 'untung bodoh' sering adalah hasil karya hal-hal  irasional dan tidak dapat dimengerti. Hal-hal itu membuat seseorang kurang jelas.
Dalam dialog Politeia, Plato mengadopsi 4 gagasan kebajikan utama. Ide Aristoteles sebagian besar menolak ide filosofi gurunya Plato, tetapi apa yang disebut bentuk - bentuk kehidupan menurut Plato mengingatkan kita pada purusartha dalam agama Hindu.
Aristoteles membedakan tiga bentuk kehidupan berikut:
(1). Kehidupan kesenangan/hedonisme, yang dapat dikaitkan dengan Kama
(2). Kehidupan politik/politikus, yang dapat dikaitkan dengan Dharma
(3). Kehidupan teoretis/filsafat, yang dapat dikaitkan dengan Moksha.